Senin, 04 Oktober 2010

SYAIR ABUNAWAS

Hari senin usai Sholat Shubuh kebiasaan hari2 lain selain Sabtu dan Minggu kegiatan rutin membersihkan kendaraan, persiapan berangkat menjalankan aktifitas.

Berangkat jam 05.30 dari rumah Timur laut menuju Surabaya Selatan, karena lalu lintas padat harus menunggu lampu merah TL membutuhkan kesabaran dan extra hati2. Drop anak klas I di Jemursari , kemudian Drop juragan perempuan saya  didepan IAIN yang akan melanjut via angkutan umum ke jurusan Surabaya –Mojokerto saya putar balik masuk kantor.

Diantara perjalanan menuju kantor saya mendengarkan radio mobil, ada lagu yang menyetuh hati, judulnya syair abu nawas.

Sampai dikantor 06.45 WIB. Mungkin saya datang terlalu pagi walaupun masih kalah pagi sama teman2 clining service dan dapur. Langsung buka computer, langsung ketik sambil berdendang, mau baca syairnya ? inilah dia :

Ya Allah …tidak layak dan pantas hambaMu ini menjadi penghuni surga-Mu
Namun tetapi hamba tiada kuat menerima siksa dan panasnya api neraka-Mu
Maka kami mohon tobat dan mohon ampun atas dosa-dosa ku
sesungguhnya Engkau Maha Pengampun atas dosa-dosa besar
Dosa-dosaku seperti butiran sejumlah pasir di pantai
maka terimalah pengakuan  taubat hamba, wahai Yang Memiliki Keagungan
Dan umur hamba berkurang setiap hari,
sementara dosa-dosa hamba selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya
Ya Tuhanku, hamba-Mu yang berdosa ini datang kepada-Mu
Mengakui dosa-dosaku dan telah memohon pada-Mu
Seandainya Engkau mengampuni
Memang Engkaulah Pemilik Ampunan
Dan seandainya Engkau menolak taubatku
Kepada siapa lagi aku memohon ampunan selain hanya kepada-MU

lahi lastu lilfirdausi ahla, walaa aqwa ‘ala naaril jahiimi
Fahabli taubatan waghfir dzunubi, fainaka ghafirudz- dzanbil ‘adzimi
Dzunubi mitslu a’daadir- rimali, fahabli taubatan ya Dzal Jalaali
Wa ‘umri naqishu fi kulli yaumi, wa dzanbi zaaidun kaifa –htimali
Ilahi ‘abdukal ‘aashi ataak, muqirran bi dzunubi wa qad di’aaka
fain taghfir fa anta lidzaka ahlun, wain tadrud faman narju siwaaka
…………..
Tampaknya syair di atas akan tetap kekal sampai akhir jaman bagi manusia, sebagai pengingat dan renungan tentang dosa-dosa manusia. Siapa pun itu dan dimanapun, syair itu sangat tepat dan cocok sebagai cambuk peringatan. Apalagi di tengah suhu hawa panas yang menimpa bumi, bahkan cuaca tak menentu. Katanya BMG saat ini matahari tepat diatas kota Surabaya. Tapi di lain tempat ada banjir dan longsor, seperti di jakarta dan Bandung.
Selain itu, menurut saya suhu kebangsaan juga sedang panas. Sakit dan meradang. Apalagi hari ini, di televisi banyak suguhan adegan ”kekerasan”. Baik di luar ruangan gedung wakil rakyat, maupun di dalam ruangan. Saya sebagai penonton sampai malu, ga tega mau melihat lebih lanjut. Lalu apakah para pemeran adegan itu merasakan malu?
*Syair tersebut adalah gubahan Abu Ali al-Hasan ibnu Hani al-Hakami. Seorang sufi besar dan juga seorang penyair Islam termasyhur di era kejayaan Islam pada zaman kekuasaan Sultan Harun al Rasyid al Abassi, yang menjadi khalifah Dinasti Abasiyah tahun 786-809. Pada zamannya beliau terkenal dengan sebutan Abu Nawas.
Selamat beraktifitas !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar