Selasa, 28 Desember 2010

" TOL TENGAH KOTA SURABAYA "



Pagi ini perjalananku untuk mencari sesuap nasi lancar ! jalanan/ lalu lintas cenderung sepi ! 
Berangkat dari timur laut Surabaya, lewat tengah Jl. Pemuda - Pang Sud - Darmo - Wonokromo - Jembatan Layang Mayangkara - A. Yani - drop juragan perempuan di depan IAIN untuk transit dengan kendaraan umum jurusan Mojokerto - putar balik Dolog - Polda..........masuk kantor (07.05'). Jalanan sepi dikarenakan banyak perusahaan, toko grosir tutup karena cuti bersama akhir tahun dan anak2 sekolah liburan semesteran.

Kemarin sore waktu pulang kerja lewat Balai Pemuda kelihatan ada kain putih terbentang ditungguin anak2 muda dengan tulisan besar " Masyarkat Surabaya menolak Tol Tengah kota ".(Nggak tau masrakat yang mana ?).

Logikanya mungkin betul ! Lepas dari Biaya yang besar, Investor, kepentingan oknum2 tertentu,  kelihatannya Surabaya akan dibuat seperti Jakarta.
Bisa dibayangkan dengan jalan yang itu2 saja, betapa smrawut dan macetnya nanti bila pelaksanaannya jalan ! Pasti waktunya tidak cukup setahun ! Belum lagi proyek Bus Way yang harus membagi jalan yang itu- itu saja! 

Mestinya menurut saya orang kecil dan usulan orang2 di koran biaya itu dibuat untuk menyempurnakan/ melanjutkan ring road Surabaya Timur yang macet belum jalan dan membuat lagi ring road Surabaya Barat  resikonya nggak ada uang kembali tidak seperti jalan tol !

Ngak taulah ! Surabaya kedepan seperti apa ! Tergantung Penguasa pengambil keputusan !

Sambil mengetik untuk mengeluarkan yang ada dikepalaku ! melihat TV didepan SCTV -ada Niji lagi melantunkan laskar pelangi :
                                                                  Menarilah dan terus tertawa
                                                                  Walaupun dunia tak seindah surga
                                                                  Bersyukurlah pada yang Kuasa
                                                                  Cinta kita..............................



Minggu, 05 Desember 2010

" TAHU DIRI "

The better you know yourself, the more you will be able to make  good decisions in your life (Semakin baik Anda mengenal diri sendiri, semakin Anda akan mampu membuat keputusan yang baik dalam hidup Anda).

     Know yourself in depth. Who am I? A starting place for spiritual and    personal growth. (Mengenal diri Anda secara mendalam. Siapa aku? Sebuah tempat awal untuk rohani dan pertumbuhan pribadi).

Know yourself. It's important to choose options that will interest and motivate you. What interests you? What makes you work hard? (Kenali diri Anda. Sangat penting untuk memilih opsi yang akan menarik dan memotivasi Anda. Apa yang menarik minat Anda? Apa yang membuat Anda bekerja keras?)
Jadilah seseorang yang tahu menempatkan diri sebagaimana mestinya, ini adalah taraf yang paling tinggi dalam kehidupan. Mengerjakan sesuatu kerjakanlah hingga benar - benar tepat (sesuai), ini merupakan ilmu yang paling besar di dalam kehidupan.
Misalnya :
  •  Penduduk baru yang baru pindah dari tempat lain harus menghormati tetangga-2  yang sudah lama tinggal di daerah itu.
  • Murid/ karyawan/ pegawai  baru harus menghormati senior nya
  •  Orang yang masih muda harus menghormati yang lebih tua.
  • Walaupun itu saudara atau teman kalau kebetulan satu kantor tetapi beda  jabatannya harus menghormati apalagi kalau ada pihak ketiga.
  • Dll.
Ojo rumangso biso, nanging sing biso ngrumangsani !
Dalam agama, istilah tahu diri itu sering digunakan untuk menjelaskan sikap yang tidak sombong. Kesombongan seperti apa yang dimaksudkan? Kesombongan di sini maksudnya adalah menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia (arogan). Kalau kita sudah tahu kebenaran tetapi kita menolaknya karena kebenaran-egoisme milik kita, namanya kesombongan. Begitu juga kalau kita sudah merasa "lebih" dari orang lain lalu perasaan itu kita gunakan untuk merendahkan mereka, namanya kesombongan. Kesombongan identik dengan ketidaktahun-diri.
Nah, dalam konsep dan praktek pengembangan SDM, tahu diri itu punya pengertian yang lain lagi. Tahu diri di sini diartikan sebagai bentuk kemampuan seseorang dalam mengetahui kelebihan dan kekurangannya lalu menggunakan semua itu untuk meraih prestasi di bidang-bidang yang dipilih. Tahu diri juga digunakan untuk menjelaskan kemampuan seseorang dalam memahami peluang untuk maju atau kemampuan seseorang dalam memahami masalah yang menghambat langkahnya. Tahu diri di sini mengarah pada pengertian pengetahuan-diri (self-knowledge).
Jadi, secara keseluruhan, tahu diri sini terkait dengan sejauhmana seseorang itu mampu mengaktifkan kapasitas intelektual, emosional, dan spiritualnya secara proporsional sehingga mampu memahami etika kepatutan, mampu menerapkan ajaran moral, dan mampu menjalankan agenda aktualisasi potensi-diri. Tentu saja, karena ini luas cakupannya, maka tidak ada orang yang punya pengetahuan-diri sampai ke tingkat yang sempurna dan sudah final. Pengetahuan-diri adalah proses yang terus dinamis sampai kita meninggal.
"Kau kira dunia di luar dirimu itu luas, padahal dunia di dalam dirimu itu jauh lebih luas." (Ali Bin Abu Thalib)
Intrapersonal Skill
Teori pengembangan SDM industri mengenal istilah intrapersonal skill yang kerap digunakan untuk menjelaskan apa itu pengetahuan-diri (self-knowledge). Disebut skill berarti itu adalah hasil yang didapat berdasarkan pencapaian individu (achieved). Meskipun ada juga yang menyebutnya dengan intrapersonal intelligence, namun maksud intelligence di situ bukan kecerdasan bawaan, melainkan hasil pemberdayaan (new construct). Ada yang menyebutnya juga sebagai cara belajar yang paling pas untuk individu, the way the people can learn best.
Apa itu intrapersonal? Menurut Howard Gardner (Frames of Mind: 1983), intrapersonal (skill / intelligence) adalah sensitivitas seseorang terhadap perasaannya, keinginannya, pengalaman hidupnya atau sensitivitasnya terhadap "hal-hal" yang mengancam dirinya. Sensitivitas di sini maksudnya lebih dekat pada pengertian sejauhmana orang itu mengetahui, menyadari dan bisa menggunakan "hal-hal" tersebut sebagai bahan pembelajaran-diri. Termasuk dalam pengertian ini adalah kesadaran seseorang terhadap kekuatan, kelemahan, rencana, dan tujuannya. Semakin bagus skill seseorang di beberapa hal ini kira-kira akan semakin akuratlah pengetahuannya.
Sama seperti Howard Gardner, Microsoft Education menjelaskan bahwa yang disebut intrapersonal itu adalah kesadaran seseorang terhadap bakat, kemampuan, peluang, kekuatan, keterbatasan dan kelemahannya. Bedanya, Microsoft punya penyekalaan. Alasannya, semua orang sedikit-banyaknya punya pengetahuan tentang dirinya, tetapi yang berbeda adalah levelnya. Soal level ini penjelasannya sebagai berikut:
LEVEL
INDIKATOR UMUM
Level 1
Anda baru mengetahui bakat, kemampuan, peluang, kekuatan, keterbatasan dan kelemahan anda.
Level 2
Anda menyadari bakat, kemampuan, peluang, kekuatan, keterbatasan dan kelemahan anda. Anda bisa memperkirakan berbagai bentuk kemampuan / kelemahan yang paling mungkin, dan bisa mensinergikannya dengan orang lain pada momen yang tepat. Anda melakukan proses pembelajaran untuk meningkatkan skill atau pengetahuan anda.
Level 3
Anda sudah mengidentifikasi motif, harapan, kecenderungan, keinginan, dan kebutuhan secara akurat. Anda sudah punya gambaran yang jelas tentang diri anda (kemampuan, kelebihan atau bakat anda). Anda berusaha menggali feedback dengan berkreasi, terbuka terhadap kritik, terbuka menerima masukan perbaikan. Anda sudah bisa mendeklarasikan kelebihan dan kelemahan anda secara fair. Anda sudah bisa menghindari penudingan (blaming) atas apa yang menimpa anda atau kesalahan anda.
Level 4
Anda sudah bisa mengajari / membimbing orang lain untuk menemukan dan menggali potensi mereka.
Bagi banyak orang, memang standar yang ditetapkan Microsof itu terasa ketinggian. Maklum saja. Mungkin itu bukan untuk umum, tetapi untuk karyawan mereka. Sebab, kalau kita melihat ke masyarakat umum, banyak orang yang tidak tahu kelebihannya atau merasa tidak punya kelebihan apa-apa. Mereka hanya mengetahui kelemahan atau kekurangannya. Kata Robbin S. Sharma, kebanyakan orang sudah mati begitu usianya masuk duapuluh tahun dan baru dikebumikan nanti ketika usianya sudah di atas enam puluh tahun. Mati di sini sudah tahu dong apa maksudnya. Kalau kita sampai gagal mengungkap apa kelebihan dan keunggulan kita, itu sama saja kita mati dalam tanda kutip.
Refleksi Lima Kelompok Manusia *
  1. Manusia yang tidak tahu atau tidak mau tahu apa kelebihan dan apa keinginannya. Mereka menginginkan agar orang lain atau Tuhan menghendaki sesuatu untuk dirinya. Mereka ini termasuk pecundang yang kalah.
  2. Manusia yang tahu dan mau tahu tetapi tidak tahu atau tidak mau tahu cara yang harus ditempuh. Mereka ini termasuk orang yang frustasi
  3. Manusia yang sudah tahu dan tahu cara yang harus ditempuh tetapi ujung-ujungnya tidak mau melakukan. Mereka ini termasuk yang merugi
  4. Manusia yang sudah tahu kelebihan dan keinginannya, tahu cara untuk mendapatkannya, dan sudah menggunakan cara itu, tetapi semangatnya setengah-setengah. Mereka ini termasuk pemalas
  5. Manusia yang sudah tahu, tahu cara untuk mendapatkannya, dan sudah menggunakan cara dengan semangat yang tinggi atau selalu berusaha untuk membuat semangatnya menyala terus. Mereka ini termasuk orang yang beruntung.
Lima  Acuan
Sebetulnya ada acuan yang lebih lengkap mengenai pengetahuan-diri itu. Ini bisa kita lihat di The Bar-on Model of Emotion-Social Intelligence (2000). Pengetahuan-diri di sini punya cakupan sebagai berikut:
  1. Self-Regard: punya persepsi, punya pemahaman, dan punya penerimaan yang akurat. Tanda-tandanya adalah tidak minder dan tidak over; tidak rendah-diri dan tidak pula tinggi hati; tidak inferior dan tidak superior.
  2. Emotion Self-Awareness: punya kesadaran terhadap berbagai emosi yang muncul di dalam dirinya. Tanda-tandanya adalah punya kemampuan dalam menangani stress atau menggunakannya untuk hal-hal positif, tidak menanggapi secara berlebihan (reaktif) terhadap kesenangan atau kesedihan, tetap bisa fokus pada hal-hal positif di tengah kekacauan atau kemapanan.
  3. Assertiveness: punya kemampuan mengekspresikan perasaan secara konstruktif dan efektif. Tanda-tandanya adalah mampu memikirkan dan memilih kalimat atau ungkapan yang bagus dan kuat dalam berkomunikasi atau mengkomonikasikan sesuatu kepada orang lain.
  4. Independence: punya kematangan dan keberlimpahan emosi, bahagia pada dirinya (self-worth) atau punya kemandirian mental (pede). Tanda-tandanya adalah tidak mudah tertusuk perasaannya oleh orang lain, tidak mudah merasa merana, rasional dalam menyelesaikan persoalan, tidak mudah terbuai oleh hal-hal yang menipu, atau punya locus of control ke internal.
  5. Self-Actualization: punya tujuan yang terus direalisasikan dengan mengembangkan potensinya. Tanda-tandanya adalah memiliki langkah hidup yang dinamis (bergerak menuju ke yang lebih bagus, lebih tinggi, lebih besar, lebih mendalam, lebih bermanfaat, dst), punya kemauan belajar, berani bereksperimentasi ide-ide baru, tetap memiliki perhitungan, membutuhkan orang lain namun tidak mengandalkan mereka.
(Dari berbagai sumber)
                                                                                                

Kamis, 02 Desember 2010

" Hari Kamis Pagi ini ! "

Pagi ini !...saya dari rumah untuk mencari sesuap nasi berangkat sendiri !....Juragan perempuanku lagi sakit, kemudian anak berangkat sendiri ada ujian jam 10.00.
Ada yang perasaan aneh memang ! Karena kegiatan rutin tiap hari yang harus berpacu dengan ketepatan waktu....saat ini berangkat dari rumah santai jam 07.00. Biasanya lewat Jalur Surabaya Timur, sekarang lewat Surabaya Tengah....padat....merayap......! Sampai di kantor jam 07.30 tepat......parkier....lewat pintu belakang....." Selamat pagi !...Assalamu'alaikum wr, wb......!" sapa-ku kepada Pak Samsul dan teman2 baru-ku (lagi OJT) yang sebaya anak perempuan-ku. Yang lagi berbincang santai di tempat Smoking Area sebelum beraktifitas.

" Wassalamu'alaikum Wr Wb.. " jawab mereka serempak.

" Alhamdulillaahirobbil 'aalamiin, washsholaatu wassalaamu 'alal anbiyaa il mursaliin, wa 'alaa aaliihi wa shohbihi wa sallim.. ...Dhumateng sedherek2 sedaya, ingkang mugi tansah pinaringan rahmat Allah..
Kanthi nyuwun ridha Allah SWT..
Kawula nyuwun kawigatosanipun penjenengan sami, dhumateng pawartos ingkang badhe kula wedharaken punika..Kata Bapak TB.....eh kleru...
Miturut pesenipun Ibu Asmen dhateng kula, kepareng kula ngaturi  pawartos ingkang cekak aos, pawartosipun inggih punika : Jam kerja mulai 07.30 WIB !karena itu saya tak manggung, alias naik ke lantai dua dulu ! Dari pada di cap korupsi waktu , matur nuwun ! Jazakumullahu khairan katsiir.. Wassalamu'alaikum Wr Wb....."

Dimeja kerja sudah ada Undangan pernikahan dari Pak Bambang Suprapto....tak buka....lembar pertama tertulis Diantara tanda-tanda........
Computer saya hidupkan....sebagai pemanasan ! langsung tak tanyakan sama mas google...Diantara tanda-tanda........hasilnya... mau tahu ? inilah sebagian hasil copy paste dari  Bloger To day dan Bebas klik :

Diantara tanda tanda kekuasaan-Nya :

Al-Quran Surat Ar-Ruum [30]:
20. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.
21. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
22. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
23. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.
24. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.
25. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur).
26. Dan kepunyaan-Nyalah siapa saja yang ada di langit dan di bumi. Semuanya hanya kepada-Nya tunduk.

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supKhithbah dan Walimah

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (QS. Ar-Rum : 21).

Allah telah menciptakan manusia berpasang-pasangan, supaya muncul suatu ketenangan, kesenangan, ketentraman, kedamaian dan kebahagiaan. Hal ini tentu saja menyebabkan setiap laki-laki dan perempuan mendambakan pasangan hidup yang memang merupakan fitrah manusia, apalagi pernikahan itu merupakan ketetapan Ilahi dan dalam sunnah Rasul ditegaskan bahwa "Nikah adalah Sunnahnya".

Lebih dari itu Islam memberikan perhatian yang sangat besar dalam pembentukan sebuah keluarga, karena keluarga merupakan cikal bakal terbentuknya sebuah masyarakat yang lebih luas. Mendirikan dan membentuk sebuah keluarga yang islami, sakinah, mawaddah wa rahmah harus dimulai dengan meletakkan pondasi keislaman yang kokoh, yang dimulai dengan memilih jodoh yang islami, proses walimatul 'ursy, membangun keluarga dari tahap awal, dan mendidik anggota keluarga sedari dini.

Memilih Pasangan

Sebelum pembentukan keluarga dimulai, Islam menganjurkan untuk memilih pasangan yang sholeh terlebih dahulu. Masing-masing pihak harus hati-hati dan tidak gegabah dalam memilih pasangan hidupnya. Islam meletakkan landasan dasar dalam memilih pasangan yakni mengutamakan faktor agama dan akhlak. Dampak negatif kelak akan muncul apabila pemilihan pasangan hanya berdasarkan materi, kedudukan dan penampilan lahiriyah saja.

Dalam QS.An-Nur:26, Allah berfirman : "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji pula. Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula."

Nabi SAW telah memberikan petunjuk kepada orang-orang yang ingin menikah supaya benar-benar memegang prinsip utama, yaitu memilih pasangan berdasarkan agama dan akhlak, sehingga masing-masing pihak dapat melaksanakan kewajibannya secara sempurna di dalam pembinaan keluarga dan kebahagiaan serta keharmonisan keluarga kelak akan dapat diwujudkan. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, Nabi SAW bersabda :

"Barang siapa yang menikahi seorang wanita karena kemuliaannya, maka Allah tidak akan menambahkan kepadanya selain dari pada kehinaan. Barangsiapa menikah karena hartanya, maka Allah tidak akan menambahkan kepadanya selain dari pada kemiskinan, barang siapa menikah karena kedudukannya, maka Allah tidak akan menambahkan kepadanya selain dari pada kerendahan. Dan barang siapa menikahi seorang wanita hanya karena ia menginginkan dengan wanita itu untuk menjaga pandangannya, memelihara kemaluannya atau menyambungkan ikatan kekeluargaannya, maka Allah akan memberkahinya pada wanita itu dan akan memberkahi wanita itu padanya."

Khitbah

Khithbah adalah meminang (melamar) yaitu permintaan seorang laki-laki kepada anak perempuan orang lain untuk dinikahi, sebagai pendahuluan pernikahan, namun bukanlah aqad nikah, ia hanyalah permintaan dan janji untuk mengadakan pernikahan.

Sebelum khithbah, hendaknya masing-masing pihak melakukan shalat istikhoroh terlebih dahulu, untuk meminta taufik (pertolongan) dan kemudahan kepada Allah. Dalam hadis Bukhari, Jabir bin Abdullah berkata :

"Rasulullah SAW mengajarkan kami istikhoroh dalam semua perkara sebagaimana beliau mengajari kami surat al-Quran, beliau bersabda: Apabila salah seorang dari kamu berkepentingan terhadap suatu urusan, maka hendaklah ia melakukan sholat dua rakaat yang bukan fardhu, kemudian berdoa : "Allahumma inni astakhiruka bi'ilmika wa astaqdiruka biqudratika wa as'aluka min fadhlikal 'azim, fainnaka taqdiru wala aqdiru wa ta'lamu wala a'lamu wa anta 'allamul guyub. Allahumma inkunta ta'lamu anna hazal amra khoirun li fi diini wama'asyi wa 'aqibati amri faqdurhu li wayassirhu li tsumma barikli fihi. Wainkunta ta'lamu anna hazal amra syarrun li fi diini wama'asyi wa 'aqibati amri fashrifhu 'anni, washrifni 'anhu, waqdurliyal khoira haitsu kaana tsumma radhdhini bihi. (Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan kepadaMu dengan ilmuMu, dan aku memohon kemampuan kepadaMu dengan kekuasaanMu, dan aku memohon sebagian dari karuniaMu yang agung. Karena sesungguhnya Engkaulah yang berkuasa sedang aku tidak berkuasa. Engkaulah yang mengetahui sedang aku tidak mengetahui, dan Engkaulah yang Maha Mengetahui perkara-perkara gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa hal ini baik bagiku dalam agamaku dan kehidupanku serta akibat urusanku, maka tentukanlah ia untukku dan mudahkanlah ia bagiku, kemudian berilah aku berkah padanya. Dan jika Engkau mengetahui bahwa hal itu jelek bagiku dalam agamaku dan kehidupanku serta akibat urusanku, maka palingkanlah ia dariku dan palingkanlah aku darinya, dan tentukanlah untukku kebaikan di mana saja ia berada, kemudian jadikanlah aku ridho kepadanya)."

Istikhoroh ini dimaksudkan agar masing-masing pihak bertawakal kepada Allah dan menyerahkan urusannya kepadaNya, setelah mereka berusaha keras mencari kebaikan itu dan sampai pada ketetapan dalam urusan tersebut sesuai dengan usahanya. Setelah itu baru kembali kepada Allah, meminta kepadaNya agar dimudahkan jika hal tersebut baik, atau memalingkannya jika hal tersebut jelek.

Dalam melakukan khithbah ini perlu diperhatikan adab-adabnya, antara lain :

1. Tidak boleh meminang pinangan orang lain. Umar bin Khatab berkata dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim : "Nabi SAW melarang sebagian kamu menawarkan atas penawaran sebagian yang lain, dan tidak boleh seseorang meminang pinangan saudaranya hingga peminang sebelumnya meninggalkannya atau mengizinkannya."

2. Memperlakukan si peminang sebagai laki-laki asing (bukan mahrom). Karena khithbah ini bukanlah aqad nikah, maka statusnya masih sebagai orang asing (bukan mahram), dan tidak diperkenankan untuk berkhalwat. Hal ini perlu ditekankan, untuk menghindari perbuatan yang tidak dibenarkan Islam, disamping itu kemungkinan batalnya khithbah bisa saja terjadi.

3. Dianjurkan menemui dan memberi hadiah.
Pertemuan yang sopan bagi laki-laki yang meminang dan wanita yang dipinang ialah dengan kehadiran mahram wanita, karena hal tersebut akan menambah kemudahan untuk saling mengenal. Dengan pemberian hadiah dari peminang kepada wanita yang dipinang diharapkan akan mempererat lagi tali silaturrahim diantara mereka.

Setelah menyelesaikan khithbah, tahap selanjutnya adalah penentuan aqad nikah. Dalam surat An-Nisa' ayat 21 : "...Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat)."

Aqad nikah merupakan perjanjian yang kuat (kokoh), dan merupakan perjanjian fitri yang lebih kuat dan lebih kokoh dari perjanjian manapun. Oleh karena itu dalam memulai aqad nikah disyariatkan untuk mengumumkannya, mempersaksikannya dan memukul rebana untuk menampakkan perbedaannya dengan perzinahan.

Walimahtul 'Urs

Walimah adalah berkumpul dan 'urs adalah pernikahan, jadi walimatul 'urs adalah kenduri yang diselenggarakan dengan tujuan menyebarkan berita tentang telah terjadinya suatu pernikahan agar diketahui umum, sehingga terhindar dari fitnah.

Jumhur ulama berpendapat bahwa hukum walimatul 'urs adalah sunnah, walaupun ada sebagian ulama Syafi'iyah yang mewajibkannya, berdasarkan perintah Nabi SAW kepada Abdur Rahman bin Auf : Selenggarakanlah walimah, meskipun hanya dengan seekor kambing.

Para ulama salaf berbeda pendapat mengenai waktu penyelenggaraan walimah tersebut. Ada yang berpendapat diselenggarakan pada waktu aqad nikah (bersamaan), dan ada juga pendapat setelah melakukan hubungan biologis.

Namun yang terpenting dari semuanya itu adalah substansi dari walimatul 'urs tersebut. Perlunya menyebarkan berita gembira kepada masyarakat atas terjadinya suatu pernikahan, dan dalam mengadakan walimahan itu, syariat Islam mengajarkan tidak perlu memaksakan diri diluar kemampuan yang ada. []

Kiat Mencari Jodoh

Allah telah menciptakan manusia berpasang-pasangan, supaya muncul suatu ketenangan, kesenangan, ketentraman, kedamaian dana kebahagiaan. Hal ini tentu saja menyebabkan setiap laki-laki dan perempuan mendambakan pasangan hidup yang memang merupakan fitrah manusia, apalagi pernikahan itu merupakan ketetapan Ilahi dan dalam sunnah Rasul ditegaskan bahwa " Nikah adalah Sunnahnya". Oleh karena itu Dinul Islam mensyariatkan dijalinnya pertemuan antara laki-laki dan perempuan dan selanjutnya mengarahkan pertemuan tersebut sehingga terlaksananya suatu pernikahan.

Namun dalam kenyataannya, untuk mencari pasangan yang sesuai tidak selamanya mudah. Hal ini berkaitan dengan permasalahan jodoh. Memang perjodohan itu sendiri suatu hal yang ghaib dan sulit diduga, kadang-kadang pada sebagian orang mudah sekali datangnya, dan bagi yang lain amat sulit dan susah. Bahkan ada kalanya sampai tua seseorang belum menikah juga.

Fenomena beberapa tahun akhir-akhir ini, kita melihat betapa banyaknya muslimah-muslimah yang menunggu kedatangan jodoh, sehingga tanpa terasa usia mereka semakin bertambah, sedangkan para musliminnya, bukannya tidak ada, mereka secara ma'isyah belum berani maju untuk melangkahkan kakinya menuju mahligai rumah tangga yang mawaddah wa rohmah. Kekhawatiran jelas tampak, ditengah-tengah perekonomian yang semakin terpuruk, sulit bagi mereka untuk memutuskan segera menikah.

Gejala ini merupakan salah satu dari problematika dakwah dewasa ini. Dampaknya kaum muslimah semakin membludak, usia mereka pelan namun pasti beranjak semakin naik.

Untuk mencari solusinya, dengan tetap berpegangan kepada syariat Islam yang memang diturunkan untuk kemashlahatan manusia, beberapa kiat mencari jodoh dapat dilakukan :

1. Yang paling utama dan lebih utama adalah memohonkannya pada Sang Khalik, karena Dialah yang menciptakan manusia berpasang-pasangan (QS.4:1). Permohonan kepada Allah SWT dengan meminta jodoh yang diridhoiNya, merupakan kebutuhan penting manusia karena kesuksesan manusia mendapatkan jodoh berpengaruh besar dalam kehidupan dunia dan akhirat seseorang.

2. Melalui mediator, antara lain :

a. Orang tua. Seorang muslimah dapat meminta orang tuanya untuk mencarikannya jodoh dengan menyebut kriteria yang ia inginkan. Pada masa Nabi SAW, beliau dan para sahabat-sahabatnya segera menikahkan anak perempuan. Sebagaimana cerita Fatimah binti Qais, bahwa Nabi SAW bersabda padanya : Kawinlah dengan Usamah. Lalu aku kawin dengannya, maka Allah menjadikan kebaikan padanya dan keadaanku baik dan menyenangkan dengannya(Hr.Muslim).

b. Guru ngaji (murobbiyah).Jika memang sudah mendesak untuk menikah, seorang muslimah tidak ada salahnya untuk minta tolong kepada guru ngajinya agar dicarikan jodoh yang sesuai dengannya. Dengan keyakinan bahwa jodoh bukanlah ditangan guru ngaji. Ini adalah salah satu upaya dalam mencari jodoh.

c. Sahabat dekat. Kepadanya seorang muslimah bisa mengutarakan keinginannya untuk dicarikan jodoh. Sebagai gambaran, kita melihat perjodohan antara Nabi SAW dengan Khadijah ra. Diawali dengan ketertarikan Khadijah ra kepada pribadi beliau yang pada saat itu berstatus karyawan pada perusahan bisnis yang dipegang oleh Khadijah ra. Melalui Nafisah sebagai mediatornya akhirnya Nabi SAW menikahi Khadijah ra..

d. Biro Jodoh. Biro jodoh yang Islami dapat memenuhi keinginan seorang muslimah untuk menikah. Dikatakan Islami karena prosedur yang dilakukan sesuai dengan syariat Islam. Salah satu diantaranya adalah Club Ummi Bahagia.

3. Langsung, dalam arti calon sudah dikenal terlebih dahulu dan ia berakhlak Islami menurut kebanyakan orang-orang yang dekat dengannya (temannya atau pihak keluarganya). Namun pacaran tetap dilarang oleh Islam. Jika masing-masing sudah cocok maka segera saja melamar dan menikah. Kadang kala yang tertarik lebih dahulu adalah muslimahnya, maka ia dapat menawarkan dirinya kepada laki-laki saleh yang ia senangi tersebut (dalam hal ini belum lazim ditengah-tengah masyarakat kita). Seorang sahabiat pernah datang kepada Nabi SAW dan menawarkan dirinya pada beliau. Maka seorang wanita mengomentarinya, "Betapa sedikit rasa malunya." Ayahnya yang mendengar komentar putrinya itu menjawab, "Dia lebih baik dari pada kamu, dia menginginkan Nabi SAW dan menawarkan dirinya kepada beliau."

Sebuah cerita bagus dikemukakan oleh Abdul Halim Abu Syuqqoh pengarang buku Tahrirul Mar'ah, bahwa ada seorang temannya yang didatangi oleh seorang wanita untuk mengajaknya menikah. Temannya itu merasa terkejut dan heran, maka wanita itu bertanya, "Apakah aku mengajak anda untuk berbuat haram? Aku hanya mengajak anda untuk kawin sesuai dengan sunnah Allah dan RasulNya". Maka terjadilah pernikahan setelah itu.

Semua upaya tersebut hendaknya dilakukan satu persatu dengan rasa sabar dan tawakal tidak kenal putus asa. Disamping itu seorang muslimah sambil menunggu sebaiknya ia mengaktualisasikan kemampuannya. Lakukan apa yang dapat dilakukan sehingga bermanfaat bagi masyarakat dan dakwah. Jika seorang muslimah kurang pergaulan, bagaimana ia dapat mengenal orang lain yang ingin menikahinya.

Barangkali perlu mengadakan evaluasi terhadap kriteria pasangan hidup yang ia inginkan. Bisa jadi standar ideal yang ia harapkan menyebabkan ia terlalu memilih-milih. Menikah dengan orang hanif (baik keagamaannya) merupakan salah satu alternatif yang perlu diperhatikan sebagai suatu tantangan dakwah baginya.

Akhirnya, semua usaha yang telah dilakukan diserahkan kembali kepada Allah SWT. Ia Maha Mengetahui jalan kehidupan kita dan kepadaNyalah kita berserah diri. Wallahu A"lam bishowab. []

Ya Allah, Alangkah Bahagianya Calon Suamiku Itu...

Pada zaman Rasulullah SAW hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid yang berumur 35 tahun namun belum juga menikah. Dia tinggal di Suffah masjid Madinah. Ketika sedang memperkilat pedangnya tiba-tiba Rasulullah SAW datang dan mengucapkan salam. Zahid kaget dan menjawabnya agak gugup.

"Wahai saudaraku Zahid?.selama ini engkau sendiri saja," Rasulullah SAW menyapa.

"Allah bersamaku ya Rasulullah," kata Zahid.

"Maksudku kenapa engkau selama ini engkau membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah?," kata Rasulullah SAW.

Zahid menjawab, "Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku jelek, siapa yang mau denganku ya Rasulullah?"

" Asal engkau mau, itu urusan yang mudah!" kata Rasulullah SAW.

Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan sekretarisnya untuk membuat surat yang isinya adalah melamar kepada wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan terkenal sangat cantik jelita. Akhirnya, surat itu dibawah ke rumah Zahid dan oleh Zahid dibawa kerumah Said. Karena di rumah Said sedang ada tamu, maka Zahid setelah memberikan salam kemudian memberikan surat tersebut dan diterima di depan rumah Said.

"Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasul yang mulia diberikan untukmu saudaraku."

Said menjawab, "Adalah suatu kehormatan buatku."

Lalu surat itu dibuka dan dibacanya. Ketika membaca surat tersebut, Said agak terperanjat karena tradisi Arab perkawinan yang selama ini biasanya seorang bangsawan harus kawin dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus kawin dengan orang kaya, itulah yang dinamakan SEKUFU.

Akhirnya Said bertanya kepada Zahid, "Wahai saudaraku, betulkah surat ini dari Rasulullah?"

Zahid menjawab, "Apakah engkau pernah melihat aku berbohong?."

Dalam suasana yang seperti itu Zulfah datang dan berkata, "Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini?. bukankah lebih disuruh masuk?"

"Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau supaya engkau menjadi istrinya," kata ayahnya.

Disaat itulah Zulfah melihat Zahid sambil menangis sejadi-jadinya dan berkata, "Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, aku tak mau ayah?..!" dan Zulfah merasa dirinya terhina.

Maka Said berkata kepada Zahid, "Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri anakku tidak mau?bukan aku menghalanginya dan sampaikan kepada Rasulullah bahwa lamaranmu ditolak."

Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya, "Wahai ayah, mengapa membawa-bawa nama rasul?"

Akhirnya Said berkata, "Ini yang melamarmu adalah perintah Rasulullah."

Maka Zulfah istighfar beberapa kali dan menyesal atas kelancangan perbuatannya itu dan berkata kepada ayahnya, "Wahai ayah, kenapa sejak tadi ayah berkata bahwa yang melamar ini Rasulullah, kalau begitu segera aku harus dikawinkan dengan pemuda ini. Karena ingat firman Allah dalam Al-Qur?an surat 24 : 51. ?Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan. Kami mendengar, dan kami patuh/taat?. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 24:51)"

Zahid pada hari itu merasa jiwanya melayang ke angkasa dan baru kali ini merasakan bahagia yang tiada tara dan segera pamit pulang. Sampai di masjid ia bersujud syukur. Rasul yang mulia tersenyum melihat gerak-gerik Zahid yang berbeda dari biasanya.

"Bagaimana Zahid?"

"Alhamdulillah diterima ya rasul," jawab Zahid.

"Sudah ada persiapan?"

Zahid menundukkan kepala sambil berkata, "Ya Rasul, kami tidak memiliki apa-apa."

Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke Abu Bakar, Ustman, dan Abdurrahman bi Auf. Setelah mendapatkan uang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar untuk membeli persiapan perkawinan. Dalam kondisi itulah Rasulullah SAW menyerukan umat Islam untuk menghadapi kaum kafir yang akan menghancurkan Islam.

Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin sudah siap-siap dengan perlengkapan senjata, Zahid bertanya, "Ada apa ini?"

Sahabat menjawab, "Wahai Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita, maka apakah engkau tidak mengerti?".

Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata, "Wah kalau begitu perlengkapan kawin ini akan aku jual dan akan kubelikan kuda yang terbagus."

Para sahabat menasehatinya, "Wahai Zahid, nanti malam kamu berbulan madu, tetapi engkau hendak berperang?"

Zahid menjawab dengan tegas, "Itu tidak mungkin!"

Lalu Zahid menyitir ayat sebagai berikut, ?Jika bapak-bapak, anak-anak, suadara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih baik kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya (dari) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.? (QS. 9:24).

Akhirnya Zahid (Aswad) maju ke medan pertempuran dan mati syahid di jalan Allah.

Rasulullah berkata, "Hari ini Zahid sedang berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada Zulfah."

Lalu Rasulullah membacakan Al-Qur?an surat 3 : 169-170 dan 2:154). ?Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati?.(QS 3: 169-170).

?Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.? (QS. 2:154).

Pada saat itulah para sahabat meneteskan air mata dan Zulfahpun berkata, "Ya Allah, alangkah bahagianya calon suamiku itu, jika aku tidak bisa mendampinginya di dunia izinkanlah aku mendampinginya di akhirat."


HIKMAH
Mudah-mudahan bermanfaat dan bisa menjadi renungan buat kita bahwa, "Untuk Allah di atas segalanya, and die as syuhada."
Jazakumullah.

Virus Merah Jambu?

"Hati-hati dengan VMJ alias Virus Merah Jambu yang dapat merusak kekokohan jamaah." Demikianlah yang sering didengungkan di kalangan aktivis da?wah. Cinta dianggap sebagai virus. Cinta yang tumbuh sebelum menikah, dianggap kotor dan lebih ekstrim lagi harus dimatikan. Padahal manusia mana yang dapat mengendalikan datangnya cinta karena setiap hati ada dalam genggaman Allah. Cinta yang ada dalam diri setiap manusia adalah fitrah. Bahkan Allah yang menciptakan manusia berfirman tentang kecenderungan itu :

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yakni wanita wnita, anak-anak, harta yang bnyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan dan sawah ladang ..." (QS. Ali Imran : 14)

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri ,
supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya ,
dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. ?
(Ar Rum ayat 21)

Islam tidak mengingkari perasaan cinta yang tumbuh pada diri manusia. Akan tetapi di dalam Islam cinta itu harus dijaga dan dilindungi dari kehinaan dan kekotoran. Cinta pada dasarnya adalah suci ,bukan sesuatu yang kotor. Dan pernikahan adalah bingkai yang dapat menjaga kesucian itu.

Cinta tidak haram selama tidak menimbulkan kemaksiatan kepada-Nya. Inilah yang harus di garis bawahi karena seringkali dengan dalih cinta namun menghalalkan apa-apa yang Allah haramkan. Bermujahadahlah untuk menikahi. Karena seorang laki-laki yang shaleh itu, manakala ia memiliki kecenderungan kepada seorang wanita maka ia akan berusaha untuk menikahinya. Bukankah Allah menghalalkan jual beli, mengharamkan riba. Dan menghalalkan pernikahan,mengharamkan perzinaan.

Siti Fatimah pernah berkata kepada Ali bin Abi Thalib, ? Wahai Ali sesungguhnya sebelum menikah,ada laki-laki di kota Mekkah ini yang sangat aku kagumi. ?
? Jadi engkau menyesal menikah denganku ? ? ujar Ali
? Tentu tidak,karena laki-laki itu adalah engkau?.. ?

Mari kita lihat pula kisah cinta spektakuler nan menggemparkan yang tercantum di dalam Al Qur?an,yaitu kisah Zulaikha dan Yusuf. Tidak tanggung-tanggung,laki-laki yang dicintai Zulaikha adalah seorang nabi ,nabi yang paling tampan! Dan kisah cinta itu bermuara dengan kesucian yang tetap terjaga yaitu dalam bingkai pernikahan.

Ibnu Qayyim Al Jauziyah mengatakan bahwa cinta yang kita bicarakan di sini adalah tentang cinta yang suci, dari seorang lelaki yang suci, yang tidak menginginkan agama dan kesucian dirinya serta pribadinya menjadi rusak, hubungan antara dirinya dengan Allah menjadi renggang. Inilah cinta orang-orang salaf yang mulia dan para imam yang terhormat. Inilah Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin Mas?ud, salah seorang dari tujuh fuqaha yang jatuh cinta dan dia tidak mengingkarinya. Dia menganggap orang yang mencela cinta adalah orang yang zhalim.

Bahkan Nabi saw, Abu Bakar,Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib juga biasa memberi pertolongan kepada orang-orang yang sedang dimabuk cinta agar dapat menikah dengan orang yang dicintainya.

Yang perlu diingat, janganlah kita terlalu bergantung kepada cinta manusia. Cinta tertinggi hanyalah kepada Allah. Lihatlah Bilal yang ketika melamar seorang wanita dan ditolak namun tak ada yang dikatakannya selain tetap bertakbir,memuji kebesaran Allah. ?Allahu Akbar. !?

Tidak bisa dinafikkan bahwa manusia mencintai keindahan,namun hendaknya yang dicintai itu bukan sekedar keindahan fisik yang hakekatnya adalah hal semu yang dapat hilang ditelan masa. Keindahan utama yang patut dicintai adalah keindahan akhlak. Dan Islam sangat memuliakan manusia yang berakhlak baik. Bukankah Siti Khadijah memiliki kecenderungan kepada Rasulullah saw karena terpesona dengan kemuliaan akhlak beliau.

Ungkapan seorang akh yang mencintai seorang akhwat , ? Sesungguhnya ana mencintainya karena Allah dan ana ingin agar cinta ini menjadi cinta yang benar di hadapan Allah. ? Lalu sang ikhwan bermujahadah untuk menikahinya ,dengan cara-cara yang Allah ridhai. Cinta sang ikhwan ini tidak layak kita cela ,justru harus kita hargai dan hormati karena bukankah ia tidak mengajak sang akhwat untuk berpacaran tetapi untuk menikah. Sebuah jalan yang suci yang didalamnya cinta bermuara ,ada tanggungjawab besar yang akan dipikul dan ada perjanjian yang kokoh.

Akhirnya, sesungguhnya cinta adalah fitrah. Cinta bukanlah sesuatu yang kotor atau memalukan. Dan jangan pernah menyebut ? cinta adalah virus? . Tetapi katakanlah, ? cinta adalah karunia-Nya.? Dan bermujahadahlah untuk menikahi orang yang kita cintai.(aw)


 

Senin, 29 November 2010

"TOMAT"

Senin pagi ! hari ini ! Seperti hari2 yang lain kecuali Sabtu dan Minggu seperti biasa jam 06.WIB, saya berangkat dari rumah Surabaya Timur laut menuju Surabaya Selatan. Mengantar si bungsu di SMA 10 berputar balik  lewat  Plaza Marina ,  Jl. A. Yani,  drop juragan perempuan  di depan IAIN yang akan nyambung angkota jurusan Krian-Mojokerto.
Radio mobil terus menyala bosan Radio Suara Surabaya yang selalu menyiarkan keruwetan lalu lintas,
pindah gelombang ada lagu yang menghentak menambah semangat untuk bekal berkarya hari ini.

Mau tau syairnya inilah dia :

Jumat, 12 November 2010

KHOTBAH JUM'AT SIANG TADI !

Setiap mendengarkan kotbah Jum.at  di masjid konsentrasiku untuk mendengarkan /memahami / mencerna  paling banyak 50 persen sisanya menguap berusaha sadar sampai air mata keluar akibat mengantuk. Bahkan sampai waktu sholat pernah dibangunkan jamaah lain karena ketiduran. Mungkin terlalu banyak mendengarkan kotbah baik sholat jum’at, pengajian atau keimanan saya yang tipis.

Tetapi Sholat Jum’at siang tadi lain. Walaupun sudah berulang kali  kisah Qurban saya ikuti. Yang ini lain,  saya mendengarkan dengan konsentrasi penuh, bahkan rasanya kok sebentar saja, masih kurang panjang khotbahnya.

Mungkin karena khotbah jum’at siang tadi cara penyampaian/ ustadnya ganteng  suaranya dan ngajinya enak didengar, atau saya tiba2 saya teringat ibuku, karena aku adalah anak yatim piatu atau yang lain.

Mau tahu isinya khotbah tadi siang ?

Caba bacalah isinya kira2 seperti ini :

Qurban biasanya dilaksanakan berbarengan dengan ritual ibadah haji, sedangkan bagi mereka yang belum mampu berhaji, disunnahkan berpuasa dan menyembelih qurban. Ritual Ibadah Haji seharusnya mampu mengingatkan umat Islam pada perjuangan Siti Hajar ketika mempertahankan hidupnya bersama Ismail di Mekkah, bukan hanya membangkitkan ingatan kepada penyembelihan Ismail oleh Ibrahim yang akhirnya tidak terjadi itu.

Latar belakang qurban yang dialami Nabi Ibrahim inilah yang paling banyak dikenal umat Islam hingga saat ini. Ketika Nabi Ibrahim telah berusia 100 tahun, beliau belum dikaruniai putra oleh Allah dan beliau selalu berdo’a: “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku anak yang shalih”. Kemudian dari isterinya yang kedua, Siti Hajar, lahirlah seorang putra yang diberi nama Ismail. Hajar dan Ismail diperintahkan berhijrah ke Makkah diantar oleh Ibrahim. Beliau meninggalkan beberapa potong roti dan sebuah guci berisi air untuk Siti Hajar dan Ismail. Ketika Siti Hajar kehabisan makanan dan air, ia melihat ke sebelah timur. Di sana terdapat air yang ternyata hanyalah fatamorgana di Bukit Sofa. Ismail ditinggalkan dan Siti Hajar terus mencari air lalu naik ke Bukit Marwah serta kembali ke Sofa sampai berulang tujuh kali. Ia tidak juga mendapatkan air hingga kembali ke Bukit Marwah. Ismail yang kehausan lalu menendang-nendang tanah yang kemudian—dengan izin Allah—dapat mengeluarkan sumber air. Siti Hajar berlari ke bawah sambil berteriak kegirangan: “zami-zami”. Tempat itu lah kemudian dikenal dengan sumur atau mata air Zam-zam.

Nabi Ibrahim setelah mengantarkan Hajar dan Ismail di Mekkah lalu berangkat lagi ke Palestina sampai Ismail menjelang usia remaja. Nabi Ibrahim diperintahkan lagi oleh Allah untuk kembali ke Mekkah menengok Hajar dan Ismail yang sudah mulai beranjak besar.

Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa usia Ismail sekitar 6 atau 7 tahun. Sejak dilahirkan sampai sebesar itu Nabi Ismail senantiasa menjadi anak kesayangan. Tiba-tiba Allah memberi ujian kepadanya, sebagaimana firman Allah dalam surat Ash-Shaffaat: 102 : “Maka ketika sampai (pada usia sanggup atau cukup) berusaha, Ibrahim berkata: Hai anakku aku melihat (bermimpi) dalam tidur bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah bagaimana pendapatmu” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Latar belakang qurban yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim adalah ketika ia bermimpi menyembelih Ismail. Mimpi itu yang sering disebut al-ru’ya al-shadiqah (mimpi yang benar). Dalam mimpinya, Ibrahim mendapat perintah dari Allah supaya menyembelih putranya Nabi Ismail. Ketika sampai di Mina, Ibrahim menginap dan bermimpi lagi dengan mimpi yang sama. Demikian juga ketika di Arafah, malamnya di Mina, Ibrahim bermimpi lagi dengan mimpi yang tidak berbeda pula. Ibrahim kemudian mengajak putranya, Ismail, berjalan meninggalkan tempat tinggalnya, Mina. Baru saja Ibrahim berjalan meninggalkan rumah, syaitan menggoda Siti Hajar: “Hai Hajar! Apakah benar suamimu yang membawa parang akan menyembelih anakmu Ismail?”. Akhirnya Siti Hajar, sambil berteriak-teriak: “Ya Ibrahim, ya Ibrahim mau diapakan anakku?” Tapi Nabi Ibrahim tetap melaksanakan perintah Allah SWT tersebut. Di tempat tersebut pada tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah haji diperintahkan melempar batu dengan membaca: Bismillahi Allahu Akbar. Hal tersebut mengandung arti bahwa manusia harus melempar syaitan atau membuang sifat-sifat syaitaniyyah yang bersarang di dalam dirinya, dengan tetap mempertahankan sifat-sifat kemanusiaan dan ke-Tuhanan.

Setibanya di Jabal Qurban, sekitar 200 meter dari tempat tinggalnyaa. Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih Ismail. Rencana itu pun berubah drastis, sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam surat Ash-Shaffaat ayat 103-107:





“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, nyatalah kesabaran keduanya. (Allah berkata) “Kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang yang berbuat baik”. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor hewan yang besar “.

Pada masa Nabi Muhammad, qurban pun diperintahkan kembali di dalam surat Al-Kautsar: 1-3: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak, maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu, dia lah yang terputus (dari nikmat Allah)”. Berbicara tentang kenikmatan, Allah mengingatkan: “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, kamu tidak akan dapat menghitungnya” (QS. Ibrahim: 34). Surat Al-Kautsar ini lah yang kemudian dijadikan dasar hukum bagi umat Nabi Muhammad untuk berqurban bagi yang mampu.

Dalam kisah Ibrahim, bila kita menengok kepada posisi Hajar dan Sarah dalam konteks qurban yang dilakukan Nabi Ibrahim dan Ismail. Seandainya tanpa “izin” Sarah, Ibrahim tidak akan meminang Hajar untuk dijadikan sebagai isteri kedua. Poligami Ibrahim yang bertujuan untuk ikhtiar memperoleh keturunan pada awalnya adalah bagian dari pengorbanan Sarah yang rela memberikan suaminya demi harapan keturunan dari Hajar. Pun pengorbanan Hajar ketika ia harus mengarungi hidup tanpa Ibrahim (suami tercinta) di negeri yang sangat tandus dan gersang, Makkah saat itu.
Anehnya, semua pengorbanan perempuan lagi-lagi “nyaris tak terdengar”, karena sejarah lebih banyak menonjolkan peran laki-laki, Ibrahim dan Ismail. Itu sebabnya ingatan kita menjadi lebih kuat terpatri kepada pengorbanan Ismail yang rela dan siap disembelih oleh ayahnya, dan bagaimana perjuangan Ibrahim menepis keraguan Hajar karena godaan syaitan. Tambahan lagi, adanya syaithan yang menggoda Hajar seakan telah menjadi sebuah keniscayaan bahwa perempuan dikesankan memang sangat mudah digoda dan karenanya dikesankan pula ‘biasa menjadi penggoda’ untuk sebuah itikad atau cita-cita yang baik, seperti yang sebelumnya dikesankan menimpa Hawa ketika Iblis menggodanya untuk memakan buah khuldi dulu.

Memunculkan sudut pandang perempuan dalam sejarah qurban memang menjadi sulit. Belakangan, yang mengemuka adalah penafsiran-penafsiran dan upaya penerjemahan situasi dan konteks yang terjadi serta membandingkannya dengan cerita-cerita sejarah serupa dari sumber lain. Tidak salah jika kemudian ada banyak ragam penafsiran sebagai bagian dari upaya menarik atau melihat lebih cermat ‘suara’ perempuan dalam kisah tersebut.

Akan menjadi lebih bijaksana, jika kita tidak saja mengutip sejarah tersebut secara taken for granted (apa adanya), tetapi harus berusaha menggali nilai-nilai keadilan dan persamaan derajat—seperti yang sering didengungkan Islam—dalam hal-hal yang “tak terberitakan” dari kisah tersebut. Mungkin bagi sebagian kalangan, perspektif atau cara pandang ini terkesan tidak biasa. Seperti diketahui bahwa dalam Islam, kran berijtihad sangat terbuka dan dibenarkan menurut Al-Qur’an maupun Sunnah Rasul, sementara cara pandang yang kritis dan adil yang dilandasi semangat kesederajatan kemanusiaan terhadap kisah-kisah qurban di atas adalah sebuah produk ijtihad.

Berkait dengan Sarah dan Hajar, beberapa hal yang dapat diungkap di sini, misalnya mengenai poligami Ibrahim terhadap Sarah dan posisi Hajar di antara mereka. Poligami adalah kenyataan sangat pahit yang terkadang harus diterima perempuan. Apalagi dalam agama Islam, poligami ‘seakan’ mendapatkan legitimasi dari al-Qur’an dan contoh dari Rasul, tak terlepas contoh yang dilakukan Nabi Ibrahim.

Banyak orang tidak menangkap pengorbanan Sarah hingga kemudian dianugerahi anak pada usia yang sudah sangat lanjut. Sarah adalah seorang perempuan yang cantik. Bahkan karena kecantikannya, Ibrahim pernah memintanya untuk mengaku sebagai saudara perempuannya agar Sarah tidak diambil paksa oleh Raja Mesir yang berkuasa saat itu. Bila Raja Mesir mengetahui bahwa Sarah adalah istri Ibrahim, maka ia tidak segan mengambil Sarah dari sisi Ibrahim. Tentu saja pengakuan menjadi saudara perempuan Ibrahim memerlukan kebesaran hati Sarah dan mengorbankan egonya.

Ketika Raja Mesir pada akhirnya menghadiahkan Ibrahim seorang budak perempuan, tanpa segan Sarah mengusulkan kepada Ibrahim untuk memperistri budak yang bernama Hajar itu. Sebuah usul yang mungkin sangat sulit disampaikan oleh seorang perempuan. Sarah meminta Ibrahim memperistri Hajar agar Ibrahim dapat meneruskan keturunannya yang tidak diperoleh dari rahim Sarah. Pada saat itu, laki-laki beristri lebih dari satu sesungguhnya bukan hal luar biasa, bahkan penguasa atau raja sangat lumrah memiliki ratusan istri. Untuk Ibrahim, usulan Sarah adalah hal yang luar biasa. Pengorbanan Sarah pun secara tidak langsung memberikan hak kemerdekaan kepada Hajar yang semula berstatus budak menjadi manusia merdeka.

Dari perkawinan Hajar dan Ibrahim, Allah menganugerahkan mereka seorang anak bernama Ismail. Seberapa pun besar hati Sarah, tampaknya memang ia tetap manusia biasa yang memiliki keterbatasan, karena dia pun merasakan “kesedihan” ketika ia setiap hari menyaksikan kebahagian Ibrahim beserta anak dan istrinya yang lain di hadapannya sendiri. Perintah Allah pun turun kepada Ibrahim untuk mengantarkan Hajar dan Ismail ke negeri yang jauh daan tandus bernama Makkah dan meninggalkan mereka berdua di sana. Walau Hajar sempat bertanya mengapa ia harus pindah dan kemudiaan ditinggalkan di Makkah, tetapi Hajar akhirnya harus sanggup menerima keputusan bahwa ia memang harus mengasuh Ismail tanpa Ibrahim. Hajar mengorbankan kebahagiaan yang baru saja dirasakannya bersama Ibrahim atas nama titah Ilahiah.

Tiada yang dapat mengira betapa keras perjuangan Hajar dalam kurun waktu 6-7 tahun untuk membesarkan Ismail. Pengorbanan seorang perempuan dan ‘ibu plus’ yang tulus. Sedang di tempatnya semula, Ibrahim telah kembali kepada istri pertamanya yang tidak lama kemudian dianugerahi anak bernama Ishak. Apa yang terbayang oleh seorang perempuan tatkala dia harus berjuang sendirian dengan anaknya, sedangkan di tempat lain suaminya sedang berbahagia dengan istri pertamanya. Bagaimana Hajar harus meletakkan kesedihannya, tatkala dia merasa bahwa Ismail sebagai anak memerlukan sentuhan kasih-sayang Ibrahim, sang ayah, sedangkan kenyataannya Ibrahim berada jauh dari sisinya dan mendekap hangat anaknya yang lain.

Kepasrahan, ketabahan, dan kesabaran Hajar adalah cermin bahwa ‘harga’ pengorbanannya sebagai perempuan, sebagai istri dan sebagai ibu tidak akan terbeli. Bahkan hingga akhirnya dia harus rela melepas Ismail tatkala perintah qurban turun kepada Ibrahim. Kalau peristiwa penyembelihan Ismail oleh Ibrahim seringkali dinyatakan sebagai salah satu bentuk ketakwaan Ismail dan Ibrahim, maka apalah yang pantas disandangkan kepada Hajar saat itu? Lebih-lebih Hajar sendiri yang berpesan kepada Ibrahim untuk tidak lupa membawa pedang yang tajam dalam menyembelih Ismail, puteranya.

Qurban pada akhirnya memang disimbolkan melalui penyembelihan seekor hewan. Terlepas dari itu, seperti yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad, penyembelihan hewan bukanlah tujuan, tetapi menjadi simbol bagi perlawanan terhadap tradisi yang menindas. Misalnya tradisi pada zaman jahiliyah yang justru seringkali menjadikan perempuan sebagai korban, seperti mengubur hidup-hidup bayi-bayi perempuan atas nama kemuliaan suku atau martabat seorang laki-laki, atau menjadikan perempuan sebagai pihak yang bisa diwariskan, atau dikendalikan kaum laki-laki.

Islam yang diajarkan Nabi Muhammad SAW telah melakukan perubahan besar-besaran terutama dalam memandang perempuan. Dari sejarah diketahui bahwa perempuan pada masa itu tidak dianggap sebagai manusia merdeka yang utuh, tetapi hanya sebagai makhluk pelengkap kebutuhan laki-laki yang bisa dipegang dan dicampakkan sesuka hati. Perempuan tidak dibolehkan keluar rumah, tetapi malah Nabi Muhammad mengorganisir perempuan untuk menikmati hak pendidikan dan hak sosial mereka. Di sini menjadi wajar dan masuk akal, jika ayat-ayat Al-Qur’an yang turun di masa-masa awal (ayat Makkiyyah) lebih banyak mengandung ajaran protes sosial terhadap status quo (kemapanan) yang tidak adil dan menindas, termasuk menindas terhadap kaum perempuan. Pertanyaannya adalah apakah semangat Islam pada masa awal yaitu menghapus ketidakadilan dan diskriminasi dalam segala hal, termasuk terhadap perempuan, masih akan dihidupkan dan diperjuangkan? Sedang jargon yang ada adalah Islam agama antiketidakadilan dan antidiskriminasi!            (12 nop 2010 )

Senin, 08 November 2010

"BURUK SANGKA"

Pagi ini Surabaya cerah, walaupun diatas Surabaya sebagian awan tipis masih menyelimuti, tetapi sinar matahari pagi yang mengandung ultra violet masih bisa menembus. Segar sekali udara karena debu partikel habis dijatuhkan dari udara karena hujan/ gerimis tadi malam.

Seperti biasa pagi ini jam 06.00 WIB kegiatan rutin saya lakukan kecuali hari Sabtu dan Minggu,  berangkat  mengantar anak sekolah dan juragan perempuan membelah Surabaya Timur laut ke Surabaya Selatan konsentrasi karena hari ini hari Senin, lalu lintas padat.

Diperjalanan banyak spanduk, baliho bertebaran di posisi yang strategis, terlihat jelas yang mau tidak mau pengemudi dan penumpangnya harus membacanya.

“ Yayasan…………….menerima hewan korban”

“ menerima hewan korban………………….lengkap ayat2 suci…

“ Korban dikota, bermanfaat didesa “…………..

dan banyak kata2 yang lain.

Juragan perempuan saya berkomentar : Apa ya sampai korban itu ? Kalau ya ! apa nggak dipotong untuk biaya macam2 termnasuk honor panitia/ pengurus ?
Dan saya pun menanggapi  : “ Jangan se – udon/ buruk sangka !”

Seperti Saat ini tiap perempatan jalan traffic lamp, banyak anak2 muda berjaket almamater dan Organisasi, LSM dg. Anak2 muda berpakaian se adanya membawa kotak2 dg. Tulisan sumbangan korban merapi, mentawai.
Tiap sore pulang jemput juragan lewat dan berhenti di TL Darmo juragan perempuan, sering memberikan sumbangan,tetapi yang saya perhatikan selalu di pilih yang berjaket almamater bukan yang berpakaian kumuh dan tiap saya Tanya dan jawabnya selalul sama “tidak pas, kurang menyakinkan !” Se udon lagi !  yang dalam bahasa arabnya disebut su’uzan.
Padahal cadangan dana keluarga (ma'af agak riak) hampir semua ditempat kan di bank syariah yang tidak mengenal sistim bunga tetapi diganti namanya menjadi bagi hasil.
Pernah saya tanya "apa bedanya ?" dan dia menjawab : "Kalau bohong, biar bank itu yang menanggung dosanya !...........
Harap maklum ! Saya dan juragan perempuan itu, termasuk yang iman nya tipis/ Islam abangan ! walaupun sejak awal berumah tangga berusaha membentuk keluarga sakinah dan terus berusaha belajar

Kebiasaan berburuk sangka telah ada sejak lama. Di sekitar kita, bila dicermati, bertebaran sikap manusia yang berprasangka buruk. Sebutlah pandangan mata curiga, sinis, ekspresi kecut yang penuh apriori, sampai dalam bentuk sikap kasar yang tidak bersahabat.

Padahal Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Sekali-kali janganlah kamu berburuk sangka, karena sungguh buruk sangka itu adalah perkataan yang paling bohong. Dan janganlah kamu mengintai-intai dan janganlah kamu saling berebut dan janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling membelakangi dan jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Bukhari, Muslim dan Daud)


Penyakit buruk sangka ini disebabkan oleh : Menuruti hawa nafsu, menuruti bujukan syetan, tidak percaya diri, iri dengan orang lain dan kurangnya mensyukuri nikmat Allah SWT.


Menurut para ahli, buruk sangka merupakan salah satu mekanisme psikologis yang paling alamiah dalam diri manusia. Karena itu, sulit sekali menghilangkan buruk sangka. Banyak faktor yang memicu merebaknya prasangka-prasangka buruk:

  1. Faktor lingkungan
 
Lingkungan memberi pengaruh yang cukup besar bagi lahirnya sikap buruk sangka. Lingkungan dimaksud bisa keluarga, masyarakat, tempat bekerja, sekolah, dan lain sebagainya. Lingkungan yang kejam, kotor, dan tidak sehat seringkali memberi pengaruh kuat bagi lahirnya kebiasaan buruk sangka. Bahkan, dalam budaya orang-orang ‘primitif’, buruk sangka seringkali menjadi acuan utama kehidupan sosial mereka, sebagai kompensasi timbal balik dari lingkungannya yang memang buruk.

Seperti yang terjadi pada suku Dobu di Melanesia. Ideologi hidup mereka adalah sihir. Akibatnya, paradigma hidup mereka pun banyak yang terjungkal. Setiap anak-anak Dobu meyakini bahwa kehidupan mereka diatur oleh kekuatan sihir. Maka, begitu ada yang terkena bencana atau musibah, muncullah aksi balas dendam dari keluarganya kepada pihak-pihak yang diduga telah menyihir anggota keluarganya.

Setiap orang dari suku tersebut selalu takut kalau diracun. Makanan dijaga ketat. Hanya dengan orang-orang tertentu saja suku Dobu mau makan bersama. Sikap curiga, buruk sangka, tidak dapat dipercaya, menjadi budaya hidup mereka.

Lingkungan hidup yang keras bisa menumbuhsuburkan sikap cepat curiga. Ia identik dengan medan tempat setiap orang harus bertarung mempertahankan hidupnya.

Berjibaku mengejar apa yang bisa ia makan, meski harus memangsa orang lain dengan jalan yang salah. Bagaimana dengan lingkungan kita? Atau Bagaimana dengan lingkungan kerja kita ?

2.  Keyakinan yang salah

Keyakinan yang salah bisa melahirkan buruk sangka. Termasuk dalam kategori ini adalah ideologi atau aqidah yang salah. Seperti berburuk sangka kepada Allah, dengan menuduh-Nya tidak adil. Orang-orang jahiliyah sebelum Islam punya keyakinan yang terkait erat dengan prasangka buruk. Setiap memasuki hari-hari yang baru, mereka mengukur nasib dengan apa yang pertama kali mereka lihat. Bila pagi itu mereka melihat ular, atau burung gagak, atau apa saja yang berwarna hitam, pertanda hari buruk sedang menanti.

Dalam Islam, perilaku seperti itu disebut dengan tathayyur. Secara bahasa, tathayyur artinya sebuah perilaku menyandarkan sikap kepada burung (tha-ir). Tindakan seperti itu dilarang keras oleh Islam karena bisa merusak kemurnian akidah.

Buruk sangka dengan kemasan keyakinan seperti itu masih banyak menyebar dalam masyarakat. Terlebih bila masyarakat tersebut dahulunya penganut paham animisme. Tetapi, dalam perkembangan selanjutnya, masyarakat modern pun banyak yang masih terjerat perilaku seperti itu. Banyak yang menggantungkan nasibnya kepada ramalan-ramalan aneh.

3. Kepentingan Politik
 
Kepentingan-kepentingan politik juga menjadi pemicu lahirnya sikap buruk sangka. Definisi kepentingan politik yang dimaksud tidak selalu harus dalam konteks kekuasaan di sebuah negara, dari tingkat lurah sampai presiden. Bisa saja berbentuk politik pencapaian jabatan di sebuah instansi, politik pencapaian tujuan tertentu dalam sebuah organisasi, atau dalam sebuah komunitas masyarakat.

Di jaman Soeharto berkuasa, tak sedikit kebijakan politik yang dijalankan berdasarkan buruk sangka. Kekhawatiran dan ketakutan kepada umat Islam dalam kurun yang cukup lama telah menjadi alasan untuk berlaku diskriminatif kepada anak bangsanya sendiri.
Tragedi Priok misalnya, telah banyak memakan korban. Bahkan banyak orang yang sama sekali tak punya urusan dengan peristiwa Priok juga terdzalimi dengan kejam.
 

Pendek kata, kepentingan politik telah menjadikan alasan sistem kewaspadaan nasional sebagai pembenaran tindakan-tindakan brutal, yang dasarnya hanya prasangka buruk. Identifikasi bahwa semua orang Islam yang nampak konsisten disebut bagian dari ekstrim kanan, yang akan merongrong kewibawaan negara, menggulingkan pemerintahan yang sah, adalah idiom-idiom buruk sangka yang terus dijadikan komoditas politik Soeharto. Sayangnya, idiom ekstrim kanan juga masih didengungkan oleh penguasa saat ini. Bahkan, muncul kebiasaan menyebarkan prasangka dan keresahan dengan menyebut inisial, sebagai tertuduh dalam beberapa kasus.

Tentu semua orang tidak ingin, bila bangsa ini terus menerus dipimpin oleh penguasa yang kebijakan politiknya hanya berdasar buruk sangka, berpijak pada asumsi-asumsi buta, atau bahkan hanya karena selera suka atau tidak suka.

4.  Estimasi Pertahanan Diri

Kadang, orang punya prasangka buruk demi kepentingan mempertahankan diri. Rasa aman yang ingin diperoleh seseorang sering kali diwujudkan dengan membuat lingkar pengaman secara psikologis atas semua orang yang dihadapi. Kebiasaan ini bahkan telah merambah ke sektor-sektor kehidupan harian. Ada penelitian unik (Baron & Byrne,1997) tentang kecenderungan para perawat di rumah sakit yang enggan merawat orang-orang gemuk, karena prasangka ringan (mild prejudice) yang tak berdasar. Mereka berprasangka bahwa orang gemuk umumnya sulit diberi pelayanan perawatan. Tentu saja ini belum tentu benar. Tapi, begitulah adanya.

Estimasi pertahanan diri yang dasarnya buruk sangka sangat berbahaya. Ia bisa melahirkan stereotipe. Sebuah penyeragaman pandangan atas suatu obyek dengan totalitas. Seperti sangkaan bahwa ‘laki-laki yang menuntun motor di tengah malam itu pasti pencuri’, ‘orang yang berambut panjang itu pasti preman’, dan lain sebagainya.

Pengalaman unik seorang pemuda berikut bisa menjadi pelajaran. Arman (24 tahun), sempat gemetar dan serta merta menjauhi laki-laki berkulit gelap berminyak, berambut gondrong, berbadan besar serta berpakaian lusuh yang menghampirinya. Malam itu, ia terpaksa tidur di emperan toko. Arman bukan pengemis atau gelandangan, melainkan pemuda ‘rumahan’ yang ‘terlunta-lunta’ di Jakarta. Dari Surabaya, Arman memutuskan mendatangi teman lamanya di Jakarta. Ia berencana menetap sementara di rumah temannya sambil mencari kerja, berbekal ijazah SMA dan beberapa ijazah kursus. Di luar dugaannya, sewaktu tiba di alamat yang dituju, temannya sudah pindah, dan -suatu hal yang tidak anah para tetangga tidak tahu alamat barunya.

Malam mulai tiba. Sementara Arman tidak ingin mengeluarkan uang untuk menginap di losmen. Ia khawatir, uang simpanannya keburu habis sebelum nasibnya jelas. Ketika malam semakin larut, akhirnya ia memilih emperan toko untuk bermalam. Tapi segera ia menyesali pilihannya, karena laki-laki gondrong itu sekonyong-konyong menghampirinya. Di kepalanya sudah berkecamuk, orang seram seperti itu pasti akan merampok, menganiaya atau bahkan membunuhnya.

Tapi laki-laki itu dengan ramah menegurnya, dan mengajaknya berbincang. Akhirnya, Arman justru menceritakan masalah yang menimpanya. Melihat ketulusan di sorot mata laki-laki itu, Arman tiba-tiba yakin, ia orang baik-baik. Bahkan ia melihat, laki-laki itu seperti iba padanya. Menurut pengakuan laki-laki itu, ia memiliki adik yang sebaya Arman, dan sekarang tinggal di kampung halamannya, di daerah Sumatra.
Akhirnya, malam itu Arman justru menginap di rumah laki-laki itu, di daerah kumuh pinggiran kali Ciliwung. Dan orang yang kemudian dipanggilnya Abang itu memberinya pekerjaan, sebagai kenek bis yang dikemudikannya. Beberapa bulan Arman tinggal di rumah laki-laki itu, yang ternyata benar-benar baik dan memperlakukan Arman seperti adiknya. Ia juga heran, di jaman seperti ini, masih ada orang yang tulus seperti itu. Kini Arman sudah bekerja sebagai pegawai di suatu kantor. Tapi ia tidak pernah melupakan kebaikan sang Abang.

Sikap stereotipe menilai sesuatu secara keseluruhan juga dialami oleh Musyarif (26). Ia mengisahkan pengalaman yang tak akan ia lupakan. Suatu hari seperti biasa ia naik bis umum dari tempat tinggalnya di Bekasi ke Jakarta untuk bekerja. Menjelang keluar tol UKI, dilihatnya seorang laki-laki dengan kacamata hitam terus mendekat-dekat kepada seorang wanita berjilbab. Musyarif yakin bahwa seorang copet sedang siap-siap beraksi. Ia berusaha sedikit menghalangi laki-laki itu. Begitu bus menurunkan penumpangnya di UKI, wanita berjilbab itu menggamit laki-laki berkacamata hitam itu dan menuntunnya. Ternyata laki-laki itu buta. Dari cara wanita itu membimbingnya, bisa dipastikan ia suaminya, atau paling tidak salah satu keluarga dekatnya.

Bila berlebihan, buruk sangka karena estimasi pertahanan diri bisa menjadi penyakit kepribadian seperti paranoid. Di mana orang punya rasa takut yang sangat berlebihan. Hingga melahirkan anggapan secara konsisten bahwa orang lain berusaha menuntut, merusak, atau mengancam. Bahkan, orang yang berpenyakit seperti itu menolak menceritakan rahasia kepada orang lain karena takut kalau informasi tersebut digunakan untuk melawan dirinya. Bisa juga berdampak kepada gangguan kepribadian skizotipal. Yaitu suatu sikap dan penampilan ganjil, selalu curiga, dan kecemasan sosial yang luar biasa terhadap orang yang tidak dikenal.


5. Ilmu yang pas pasan.

Keterbatasan ilmu juga menjadi pemicu bagi munculnya sikap buruk sangka. Minimnya pengetahuan akan berpengaruh pada kemampuan seseorang untuk memandang masalah, menyimpulkan, serta menentukan sikap atas berbagai peristiwa.

Dalam beberapa disiplin ilmu, kata ‘prasangka’ secara definitif diartikan sebagai penguasaan masalah sebesar 50 persen atau lebih tapi tidak sampai seratus persen. Ia sekaligus lawan dari kata ‘faham’, yaitu penguasaan masalah hingga seratus persen. Maka, orang yang tidak faham, sangat mungkin memaknai sesuatu dengan cara yang salah.

Setiap orang harus sadar, bahwa di atas yang tahu masih ada yang lebih tahu. Di atas yang berilmu masih ada yang lebih berilmu. Apalaqi hampir semua ilmu itu dinamis, berkembang dan memunculkan hal2 baru.

Buruk sangka karena keterbatasan pengetahuan bisa dihindari dengan mencari tahu. Dahulu, ketika Rasulullah memutuskan menerima perjanjian damai dengan orang-orang Quraisy di Hudhaibiyah, sebagian sahabat -termasuk Umar bin Khatab- memandang itu sebagai kekalahan. Tetapi dikemudian hari ia menyadari kekeliruan dugaannya.
 
Dahulu, Musa menganggap Hidhir telah bertindak aniaya. Membolongi perahu, membunuh anak, serta memperbaiki bangunan di suatu kampung yang penduduknya pelit. Setelah dijelaskan alasannya barulah ia menyadari bahwa dugaannya itu salah.

Disisi yang lain, ada juga hasil kesimpulan yang akhirnya memberikan nilai minus/kurang atas diri seseorang, yang mana instrumen penilaiannya benar-benar berdasarkan perangkat penilaian yang obyektif (misalnya mengacu pada poin-poin syakhsiyah Islamiyah). Namun ironisnya penilaian itu justru dianggap sebagai kesimpulan yang dipenuhi oleh rasa buruk sangka. Akibatnya, orang yang ilmu-nya pas-pas-an justru menaruh simpati kepada orang yang telah dinilai kurang tersebut. Lebih parah lagi jika rasa simpati itu sudah bersemayam sejak lama, sehingga melahirkan sikap proteksi atas semua penilaian yang kurang atas orang yang dikaguminya. Inilah bentuk lain dari buruk sangka terhadap suatu evaluasi yang obyektif. Wallahu’alam. Hanya orang yang kuat dan berilmu, yang mampu memikul amanah.

8. Diskriminasi “Besar-Kecil “

Adanya diskriminasi atas ‘orang-orang kecil’ oleh ‘orang-orang besar’ dalam berbagai bentuk juga merupakan salah satu korban buruk sangka. Seringkali orang-orang kaya memenuhi pikirannya dengan persepsi bahwa orang-orang miskin itu kumuh, udik, bodoh, bahkan pencuri. Padahal, orang-orang ‘besar’ banyak juga yang profesinya sebagai koruptor dan penjahat berkerah putih.

Seorang pembantu rumah tangga wanita, sebut saja Tina, di kawasan Jakarta Selatan pernah pergi meninggalkan majikannya karena tidak tahan dengan perlakuan diskriminatif yang ia terima. Kedekatan anak-anak majikannya dengan dirinya akhirnya tak mampu meluluhkan hatinya untuk pergi.

Kebetulan sekali saat ia pamit, baru saja ada penghuni rumah itu yang kehilangan uang. Dan, dengan serempak dirinya yang diperiksa. Tas kecil miliknya yang berisi pakaian pun tak urung dibongkar dan diacak-acak. Tina berusaha tabah meski sebagai manusia normal ia sebenarnya tidak rela diperlakukan kasar.


Diskriminasi ‘besar-kecil’ terjadi dalam banyak bentuk. Budaya feodalisme yang merambah beragam sektor kehidupan turut membudidayakan kebiasaan buruk sangka menjadi penyakit yang menyerang kemana-mana. Seorang tentara mengira dirinya yang paling kuat, sedang orang sipil itu lemah. Seorang dokter merasa dirinya yang paling punya pengetahuan tentang kesehatan, sedang pasien itu bodoh dan tidak tahu menahu soal penyakit.

Orang tua merasa dirinya paling tahu sedang anak-anaknya yang mulai tumbuh dianggap anak bau kencur yang tak mengerti apa-apa. Seorang kepala bagian, seorang manajer, seorang direktur, seorang ketua, merasa bahwa orang-orang yang berada dibawahnya lebih rendah dari dirinya. Rasialisme oleh rezim apartheid di Afrika juga bagian dari bentuk prasangka buruk, bahwa orang kulit putih lebih mulia dari orang kulit hitam. Semua itu adalah perilaku buruk sangka yang diskriminatif dan tidak semuanya benar.

Urat nadi buruk sangka masih sangat banyak. Dengan menekan semaksimal mungkin sikap berprasangka buruk, setidaknya kita telah memberi kontribusi yang cukup berarti bagi kelangsungan hidup banyak orang. Ya, kita memang harus berpikir sebelum bertindak. Kita harus berpengetahuan sebelum berkesimpulan. Sebuah pembiasaan diri yang tidak ringan, memang. Agar kita tidak salah langkah lagi dikemudian hari, karena hidup ini tidak mengenal siaran tunda. Wallahu’alam

Lantas, bagaimana cara menghindari buruk sangka itu ? Berikut ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk kita menghindari penyakit buruk sangka, yaitu :

Usahakan membayangkan bagaimana sedihnya kalau diri kita dijadikan objek buruk sangka, dengan demikian tentunya bahwa kita juga tidak mau kalau diri kita dijadikan objek, begitu juga orang lain. Lakukan yang positif misalnya dengan mempererat tali persaudaraan, menumbuhkan kesadaran dan hormat menghormati dan jangan dilupakan isi rohani kita dengan santapan-santapan bergizi seperti tholabul ilmi, dengan banyak belajar tentang ilmu-ilmu agama.