Minggu, 05 Desember 2010

" TAHU DIRI "

The better you know yourself, the more you will be able to make  good decisions in your life (Semakin baik Anda mengenal diri sendiri, semakin Anda akan mampu membuat keputusan yang baik dalam hidup Anda).

     Know yourself in depth. Who am I? A starting place for spiritual and    personal growth. (Mengenal diri Anda secara mendalam. Siapa aku? Sebuah tempat awal untuk rohani dan pertumbuhan pribadi).

Know yourself. It's important to choose options that will interest and motivate you. What interests you? What makes you work hard? (Kenali diri Anda. Sangat penting untuk memilih opsi yang akan menarik dan memotivasi Anda. Apa yang menarik minat Anda? Apa yang membuat Anda bekerja keras?)
Jadilah seseorang yang tahu menempatkan diri sebagaimana mestinya, ini adalah taraf yang paling tinggi dalam kehidupan. Mengerjakan sesuatu kerjakanlah hingga benar - benar tepat (sesuai), ini merupakan ilmu yang paling besar di dalam kehidupan.
Misalnya :
  •  Penduduk baru yang baru pindah dari tempat lain harus menghormati tetangga-2  yang sudah lama tinggal di daerah itu.
  • Murid/ karyawan/ pegawai  baru harus menghormati senior nya
  •  Orang yang masih muda harus menghormati yang lebih tua.
  • Walaupun itu saudara atau teman kalau kebetulan satu kantor tetapi beda  jabatannya harus menghormati apalagi kalau ada pihak ketiga.
  • Dll.
Ojo rumangso biso, nanging sing biso ngrumangsani !
Dalam agama, istilah tahu diri itu sering digunakan untuk menjelaskan sikap yang tidak sombong. Kesombongan seperti apa yang dimaksudkan? Kesombongan di sini maksudnya adalah menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia (arogan). Kalau kita sudah tahu kebenaran tetapi kita menolaknya karena kebenaran-egoisme milik kita, namanya kesombongan. Begitu juga kalau kita sudah merasa "lebih" dari orang lain lalu perasaan itu kita gunakan untuk merendahkan mereka, namanya kesombongan. Kesombongan identik dengan ketidaktahun-diri.
Nah, dalam konsep dan praktek pengembangan SDM, tahu diri itu punya pengertian yang lain lagi. Tahu diri di sini diartikan sebagai bentuk kemampuan seseorang dalam mengetahui kelebihan dan kekurangannya lalu menggunakan semua itu untuk meraih prestasi di bidang-bidang yang dipilih. Tahu diri juga digunakan untuk menjelaskan kemampuan seseorang dalam memahami peluang untuk maju atau kemampuan seseorang dalam memahami masalah yang menghambat langkahnya. Tahu diri di sini mengarah pada pengertian pengetahuan-diri (self-knowledge).
Jadi, secara keseluruhan, tahu diri sini terkait dengan sejauhmana seseorang itu mampu mengaktifkan kapasitas intelektual, emosional, dan spiritualnya secara proporsional sehingga mampu memahami etika kepatutan, mampu menerapkan ajaran moral, dan mampu menjalankan agenda aktualisasi potensi-diri. Tentu saja, karena ini luas cakupannya, maka tidak ada orang yang punya pengetahuan-diri sampai ke tingkat yang sempurna dan sudah final. Pengetahuan-diri adalah proses yang terus dinamis sampai kita meninggal.
"Kau kira dunia di luar dirimu itu luas, padahal dunia di dalam dirimu itu jauh lebih luas." (Ali Bin Abu Thalib)
Intrapersonal Skill
Teori pengembangan SDM industri mengenal istilah intrapersonal skill yang kerap digunakan untuk menjelaskan apa itu pengetahuan-diri (self-knowledge). Disebut skill berarti itu adalah hasil yang didapat berdasarkan pencapaian individu (achieved). Meskipun ada juga yang menyebutnya dengan intrapersonal intelligence, namun maksud intelligence di situ bukan kecerdasan bawaan, melainkan hasil pemberdayaan (new construct). Ada yang menyebutnya juga sebagai cara belajar yang paling pas untuk individu, the way the people can learn best.
Apa itu intrapersonal? Menurut Howard Gardner (Frames of Mind: 1983), intrapersonal (skill / intelligence) adalah sensitivitas seseorang terhadap perasaannya, keinginannya, pengalaman hidupnya atau sensitivitasnya terhadap "hal-hal" yang mengancam dirinya. Sensitivitas di sini maksudnya lebih dekat pada pengertian sejauhmana orang itu mengetahui, menyadari dan bisa menggunakan "hal-hal" tersebut sebagai bahan pembelajaran-diri. Termasuk dalam pengertian ini adalah kesadaran seseorang terhadap kekuatan, kelemahan, rencana, dan tujuannya. Semakin bagus skill seseorang di beberapa hal ini kira-kira akan semakin akuratlah pengetahuannya.
Sama seperti Howard Gardner, Microsoft Education menjelaskan bahwa yang disebut intrapersonal itu adalah kesadaran seseorang terhadap bakat, kemampuan, peluang, kekuatan, keterbatasan dan kelemahannya. Bedanya, Microsoft punya penyekalaan. Alasannya, semua orang sedikit-banyaknya punya pengetahuan tentang dirinya, tetapi yang berbeda adalah levelnya. Soal level ini penjelasannya sebagai berikut:
LEVEL
INDIKATOR UMUM
Level 1
Anda baru mengetahui bakat, kemampuan, peluang, kekuatan, keterbatasan dan kelemahan anda.
Level 2
Anda menyadari bakat, kemampuan, peluang, kekuatan, keterbatasan dan kelemahan anda. Anda bisa memperkirakan berbagai bentuk kemampuan / kelemahan yang paling mungkin, dan bisa mensinergikannya dengan orang lain pada momen yang tepat. Anda melakukan proses pembelajaran untuk meningkatkan skill atau pengetahuan anda.
Level 3
Anda sudah mengidentifikasi motif, harapan, kecenderungan, keinginan, dan kebutuhan secara akurat. Anda sudah punya gambaran yang jelas tentang diri anda (kemampuan, kelebihan atau bakat anda). Anda berusaha menggali feedback dengan berkreasi, terbuka terhadap kritik, terbuka menerima masukan perbaikan. Anda sudah bisa mendeklarasikan kelebihan dan kelemahan anda secara fair. Anda sudah bisa menghindari penudingan (blaming) atas apa yang menimpa anda atau kesalahan anda.
Level 4
Anda sudah bisa mengajari / membimbing orang lain untuk menemukan dan menggali potensi mereka.
Bagi banyak orang, memang standar yang ditetapkan Microsof itu terasa ketinggian. Maklum saja. Mungkin itu bukan untuk umum, tetapi untuk karyawan mereka. Sebab, kalau kita melihat ke masyarakat umum, banyak orang yang tidak tahu kelebihannya atau merasa tidak punya kelebihan apa-apa. Mereka hanya mengetahui kelemahan atau kekurangannya. Kata Robbin S. Sharma, kebanyakan orang sudah mati begitu usianya masuk duapuluh tahun dan baru dikebumikan nanti ketika usianya sudah di atas enam puluh tahun. Mati di sini sudah tahu dong apa maksudnya. Kalau kita sampai gagal mengungkap apa kelebihan dan keunggulan kita, itu sama saja kita mati dalam tanda kutip.
Refleksi Lima Kelompok Manusia *
  1. Manusia yang tidak tahu atau tidak mau tahu apa kelebihan dan apa keinginannya. Mereka menginginkan agar orang lain atau Tuhan menghendaki sesuatu untuk dirinya. Mereka ini termasuk pecundang yang kalah.
  2. Manusia yang tahu dan mau tahu tetapi tidak tahu atau tidak mau tahu cara yang harus ditempuh. Mereka ini termasuk orang yang frustasi
  3. Manusia yang sudah tahu dan tahu cara yang harus ditempuh tetapi ujung-ujungnya tidak mau melakukan. Mereka ini termasuk yang merugi
  4. Manusia yang sudah tahu kelebihan dan keinginannya, tahu cara untuk mendapatkannya, dan sudah menggunakan cara itu, tetapi semangatnya setengah-setengah. Mereka ini termasuk pemalas
  5. Manusia yang sudah tahu, tahu cara untuk mendapatkannya, dan sudah menggunakan cara dengan semangat yang tinggi atau selalu berusaha untuk membuat semangatnya menyala terus. Mereka ini termasuk orang yang beruntung.
Lima  Acuan
Sebetulnya ada acuan yang lebih lengkap mengenai pengetahuan-diri itu. Ini bisa kita lihat di The Bar-on Model of Emotion-Social Intelligence (2000). Pengetahuan-diri di sini punya cakupan sebagai berikut:
  1. Self-Regard: punya persepsi, punya pemahaman, dan punya penerimaan yang akurat. Tanda-tandanya adalah tidak minder dan tidak over; tidak rendah-diri dan tidak pula tinggi hati; tidak inferior dan tidak superior.
  2. Emotion Self-Awareness: punya kesadaran terhadap berbagai emosi yang muncul di dalam dirinya. Tanda-tandanya adalah punya kemampuan dalam menangani stress atau menggunakannya untuk hal-hal positif, tidak menanggapi secara berlebihan (reaktif) terhadap kesenangan atau kesedihan, tetap bisa fokus pada hal-hal positif di tengah kekacauan atau kemapanan.
  3. Assertiveness: punya kemampuan mengekspresikan perasaan secara konstruktif dan efektif. Tanda-tandanya adalah mampu memikirkan dan memilih kalimat atau ungkapan yang bagus dan kuat dalam berkomunikasi atau mengkomonikasikan sesuatu kepada orang lain.
  4. Independence: punya kematangan dan keberlimpahan emosi, bahagia pada dirinya (self-worth) atau punya kemandirian mental (pede). Tanda-tandanya adalah tidak mudah tertusuk perasaannya oleh orang lain, tidak mudah merasa merana, rasional dalam menyelesaikan persoalan, tidak mudah terbuai oleh hal-hal yang menipu, atau punya locus of control ke internal.
  5. Self-Actualization: punya tujuan yang terus direalisasikan dengan mengembangkan potensinya. Tanda-tandanya adalah memiliki langkah hidup yang dinamis (bergerak menuju ke yang lebih bagus, lebih tinggi, lebih besar, lebih mendalam, lebih bermanfaat, dst), punya kemauan belajar, berani bereksperimentasi ide-ide baru, tetap memiliki perhitungan, membutuhkan orang lain namun tidak mengandalkan mereka.
(Dari berbagai sumber)
                                                                                                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar