Manajer dan Asmen di suatu perusahaan/ kantor unit, adalah seseorang yang memimpin dan mempunyai bawahan, tetapi apa sih bedanya antara manajer dan pemimpin ? EB Tani dalam bukunya berjudul Get Real menjelaskan bahwa manajer yang baik belum tentu pemimpin yang baik, pemimpin yang baik belum tentu manajer yang baik. Jadi apa bedanya ?
Seorang manajer yang baik adalah mereka yang memegang pimpinan dalam sebuah unit dan unit tersebut berhasil mencapai target/tujuan dengan baik. Sementara pimpinan yang baik bisa dilihat dari loyalitas bawahannya terhadap kepemimpinannya. Jadi, lebih baik yang mana ? Menjadi menajer atau menjadi pemimpin ? Jawabnya harus menjadi keduanya, menjadi manajer sekaligus pemimpin
Sekelompok akademisi meneliti sejarah selama lima tahun untuk menemukan, manakah di antara 1.437 perusahaan publik unggulan di Amerika Serikat yang berhasil meningkatkan berbagai ukuran kinerja jauh di atas rata-rata kinerja pasar, lalu mempertahankan kinerja yang cemerlang itu selama lima belas tahun berturut-turut.
Ternyata, menurut hasil penelitian sebagaimana diurai dalam buku Good to Great karya Jim Collins, profesor yang memimpin para akademisi itu, hanya sebelas di antara semua perusahaan itu yang berhak mendapat predikat great versi kelompok akademisi Collins! Yang lebih mengejutkan, nama-nama perusahaan yang umumnya dianggap spektakuler versi buku In Search of Excellence, karya Tom Peters & Bob Waterman pertengahan 80-an, tidak masuk dalam daftar. Memang faktanya, kinerja perusahaan-perusahaan versi In Search itu banyak yang jatuh bangun selama dekade 90-an sampai sekarang.
Ada kejutan tambahan. Para peneliti menemukan bahwa kesebelas perusahaan great dipimpin oleh CEO yang rendah hati. Para CEO yang bergaya low profile seperti benang merah yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan raksasa itu. Mereka sama-sama tidak ingin menonjolkan diri, dan selalu mengatakan kinerja hebat mereka tercapai berkat talenta orang lain di bawa mereka.
Sebaliknya para bawahan mereka ketika diwawancarai menegaskan bahwa karakter dan kompetensi pemimpin mereka itulah yang sebenarnya menjadi kunci keberhasilan perusahaan.
Sekelompok akademisi lain dari Johnson School of Management, sekolah pendidikan S-2 milik Cornell University melakukan survei menjelang tahun 2000. Mereka membentuk dua kelompok responden, yakni para eksekutif dari perusahaan yang masuk daftar Top 1000 versi majalah kondang Fortune serta para mahasiswa yang sedang mengejar gelar S-2. Kedua kelompok responden ditanya, kompetensi apa yang harus dimiliki pemimpin di abad 21?
Jawaban para mahasiswa termasuk umum, mirip jawaban Anda dan saya mungkin, yakni bahwa pemimpin masa depan itu harus menguasai pasar, punya visi, mampu membaca, mengantisipasi perubahan dan menguasai teknologi informasi. Yang tidak terduga adalah jawaban para praktisi. Mereka berpendapat bahwa pemimpin masa depan harus memiliki kemampuan membangun tim yang solid serta memiliki cinta kasih (compassion)!
Dalam buku Get Real: Empower the Manager-Leader Within terbitan McGraw-Hill yang telah pula diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Gramedia Pustaka Utama diterangkan bahwa syarat utama untuk menjadi team player yang baik adalah sikap rendah hati. Orang yang tinggi hati otomatis punya ego yang besar. Ego mengurangi kemampuan seseorang untuk bekerja sama secara harmonis, produktif dan bersinambung dengan orang lain. Ibarat tembok kaca cermin, ego membuat seseorang terus menerus memperhatikan hanya refleksi (baca: kepentingan) dirinya sendiri. Semakin tinggi tembok kaca cermin itu, semakin sulit pula untuk melihat kebutuhan orang lain.
Apa yang dilakukan oleh pemimpin yang rendah hati? Dia memberi pengakuan terhadap apa yang diyakini, apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan orang lain. Dalam berinteraksi, dia tidak bersikap, “I am right!” seperti orang yang tidak pernah atau tidak mungkin salah. Daripada mengakhiri kalimatnya dengan tanda seru, sikapnya dalam berkomunikasi seolah bertanya, “Am I right?” Sikap itu membuat dia ingin menjadi pendengar yang baik, peka terhadap yang terucap maupun yang tersirat ketika berkomunikasi dengan orang lain. Suasana seperti itu menunjang upaya mencapai keputusan bersama.
Balasan terhadap pengakuan yang diberikan? Pemimpin yang rendah hati itu lebih sering menuai hasil yang lebih baik dan konsisten dari orang lain. Bawahan yang melakukan sesuatu dengan rasa ikhlas akan mencurahkan perhatian dan upaya penuh pada setiap pekerjaan yang dilaksanakannya. Keikhlasan itu memupuk dedikasi dan kreativitas, yakni komitmen terhadap sasaran yang ditetapkan bersama dan kepatuhan terhadap standar dan peraturan yang berlaku. (Andrew Tani, Pemimpin, rendah hati)
Disamping itu........
Pemimpin yang mampu memberikan teladan tidak hanya memikirkan keselamatan posisinya sendiri, di atas semua itu ia akan selalu memberikan teladan yang baik untuk mengembangkan timnya agar lebih produktif lagi. Bahkan pemimpin ini akan memiliki tanggung jawab yang besar jika timnya gagal mencapai target kerja yang sudah disepakati. Pemimpin ini juga tidak sungkan-sungkan mengundurkan diri dari jabatannya, jika memang ia gagal memimpin timnya dengan baik.
Dalam islam, keteladanan bisa diperoleh dari apa-apa yang dilakukan Rasulullah saw dalam menjalankan hidupnya. Bagi para pemimpin yang beragama islam wajib hukumnya dalam mengambil teladan dan mengidolakan beliau.Sesuai dengan firman Allah SWT berikut:
Dan sekarang adalah saatnya bagi kita masing-masing pemimpin untuk bisa memberikan teladan dari kita agar kepemimpinan kita dapat menjadikan rasa kebermanfaatan tertuang dalam hati sanubari tiap-tiap orang yang kita pimpin. Sesungguhnya tiap diri kita adalah pemimpin dan setiap pemimpin wajib bertanggungjawab tentang apa yang telah kita lakukan di dunia pada hari akhir nanti.
Jika anda ingin menjadi seorang pemimpin yang efektif, maka ada 4 hal yang harus anda ketahui, yaitu :
# Leader
Anda harus memahami siapa diri anda, apa yang anda tahu, dan apa yang dapat anda lakukan. Juga, perhatikan bahwa ia adalah pengikut, bukan pemimpin atau orang lain yang menentukan jika pemimpin itu berhasil. Jika mereka tidak percaya dengan pemimpin mereka, maka mereka tidak akan terinspirasi. Untuk menjadi pemimpin yang efektif, anda harus mampu meyakinkan pengikut anda.
# Followers
Setiap orang memerlukan gaya kepemimpinan yang berbeda. Misalnya, karyawan baru memerlukan pengawasan lebih ketat dibangdingkan karyawan yang sudah berpengalaman. Begitu juga dengan orang yang memiliki motivasi tinggi berbeda dengan orang yang kurang termotivasi. Anda harus tahu kebutuhan, emosi, dan motivasi pengikut anda,
# Communication
Anda berkomunikasi dalam 2 arah, dan lebih banyak menggunakan nonverbal. Keterampilan berkomunikasi anda memiliki potensi untuk meningkatkan kehangatan atau bahkan menyakiti pengikut anda. Penguasaan komunikasi itu penting!
# Interaction
Semua situasi berbeda. Apa yang Anda lakukan dalam satu situasi tidak akan selalu bekerja di negara lain. Anda harus menggunakan penilaian Anda untuk menentukan tindakan yang terbaik dan gaya kepemimpinan yang diperlukan untuk setiap situasi. Sebagai contoh, Anda mungkin harus menghadapi seorang karyawan untuk perilaku yang tidak tepat, tetapi jika konfrontasi terlalu terlambat atau terlalu dini, terlalu keras atau terlalu lemah, kemudian hasilnya dapat terbukti tidak efektif.
Jika anda menguasai ke-4 pondasi diatas, maka bisa dipastikan anda akan menjadi seorang pemimpin yang efektif,. Namun keinginan untuk selalu belajar dan bertindak yang akan menentukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar