Malam Jum’at Legi, sudah masuk Sabtu pagi karena jam menunjukan 02.30 WIB aku terbangun. ke kamar kecil, lalu berusaha untuk tidur kembali karena besuk pagi harus senam, badan supaya fit dan sehat.
Beberapa saat sebelum nyenyak hujan deras, seperti ditumpahkan dari langit keatap rumah, plafon di pojok atas kamar tidur bocor……….wah….talang air tidak menampung……alamat dapat kerjaan ngepel…lantai….
Sudah tiga kali tukang memperbaiki talang air distas kamar itu. Tapi sampai sekarang tetap saja bocor …..bosan buang2 biaya sia2…..mungkin perlu dibongkar total…atap dan talang ……..baru….wah…..biaya lagi !
Membersihkan lantai…..dibantu ibunya anak2….hujan reda…..nggak bisa tidur lagi ….nunggu sholat shubuh ….buka laptop…….masuk ke blog………….
Saya jadi ingat gubuk bamboo yang penuh barokah, yang seolah-olah tidak pernah merepotkan aku. Walaupun ada aku berusaha selalu menikmati ! dan mensyukuri nikmat yang dilimpahkan Allah kepadaku.
Adhan Shubuh berkumandang …….wudhu…..sholat shubuh…. ….kemudian berdo’a sambil menyelami hakekat do’a……
Adhan Shubuh berkumandang …….wudhu…..sholat shubuh…. ….kemudian berdo’a sambil menyelami hakekat do’a……
Hakikat sebuah doa tidak lain adalah rasa syukur hamba terhadap karunia tuhannya.
Dengan selalu menyukuri karunia tuhan secara tidak langsung manusia menginginkan yang lebih dari itu tanpa harus mengatakannya. Melalui doa yang kita panjatkan kepada-Nya menyimpan (tercover) permintaan kita agar diberikan berkah dari apa yang telah kita miliki sebelumnya. Hal itu karena Allah SWT maha tahu akan kebutuhan dan keinginan hambanya. Hal ini tentu harus dibarengi dengan rasa syukur yang sebenarnya, bukan hanya sekadar ucapan lisan tanpa ada realisasi nyata dari ucapan itu. Karena hal itu (syukur semu) tidak akan bernilai apa-apa di mata Allah Subhanahu wata’ala. Namun yang dimaksud dengan rasa syukur di sini berarti mengunakan semua karunia tuhan untuk berbuat baik dan merasa cukup dengan karunia itu. Sehingga semua yang diberikan tuhan kepada manusia dijadikan sebagai ladang untuk berbuat baik dan selalu berbuat baik.
Salah satu adab dalam berdoa yaitu membaca tahmid yang tujuannya adalah untuk memuji Allah dan sebagai rasa syukur atas semua nikmat yang diberikan. Kemudian dilanjutkan oleh lantunan solawat yang dimaksudkan sebagai bentuk rasa cinta kita kepada baginda rasulullah, Muhammad SAW sebagai tauladan baik manusia dan rasa terima kasih atas segala jasanya terhadap umat Islam.
Dari aturan (adab) ini sesungguhnya kita memahami bahwa ketika seseorang itu menginginkan sesuatu, meminta tambahan dari apa yang telah ia dapatkan, terlebih dahulu harus berterima kasih kepada dzat yang telah memberikan nikmat itu. Jadi sebenarnya dalam segala segi kita dididik untuk selalu menyukuri nikmat tuhan bahkan dalam doa sekalipun. Itu artinya syukur marupakan sesuatu yang urgen dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Barangsiapa memperoleh kenikmatan wajib baginya untuk berterima kasih pada pemberinya. Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita ambil ibarat, andaikata ada seorang yang memberikan kita sesuatu dan kita terima sesuatu itu dengan wajah yang ceria lalu kita ucapkan ‘terima kasih’ kepadanya, apa yang akan terjadi? Sang pemberi akan merasa sangat bahagia karena merasa bahwa apa yang ia berikan bermanfaat dan diterima dengan baik. Dan lebih dari itu pemberi pun tentu akan tergerak dan termotivasi untuk memberikan sesuatu untuk yang kedua kalinya dan seterusnya.
Ada kisah ..........
Pada suatu hari, Allah SWT memerintahkan kepada Malaikat Jibril a.s untuk pergi menemui salah satu makhluk-Nya yaitu “Kerbau” dan menanyakan kepada si Kerbau apakah dia senang telah diciptakan oleh Allah SWT sebagai se-ekor kerbau.
Malaikat Jibril a.s segera pergi menemui si Kerbau.
Di siang hari yang panas itu si Kerbau sedang berendam disungai yang berlumpur. Malaikat Jibril a.s. mendatanginya, kemudian mulai bertanya kepada si Kerbau, : “Hai Kebau, apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai se-ekor kerbau”. Si Kerbau menjawab: “Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai kerbau, dari pada aku dijadikan-Nya
sebagai se-ekor kelelawar yang ia mandi dengan kencingnya sendiri”. Mendengar itu Malaikat Jibril a.s. segera pergi menemui se-ekor kelelawar.
Malaikat Jibril a.s. mendatanginya se-ekor kelelawar yang siang hari itu sedang tidur bergantungan (bergelantungan) di dalam goa. Kemudian Jibril a.s. mulai bertanya kepada si kelelawar: “Hai Kelelawar, apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai se-ekor kelelawar”. Jawab Kelelawar: “Masya
Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai se-ekor kelelawar dari pada aku dijadikan-Nya sebagai se-ekor cacing. Tubuhnya kecil, tinggalnya didalam tanah yang becek, berjalannya saja menggunakan perutnya”, jawab si Kelelawar.
Mendengar jawaban itupun Malaikat Jibril a.s segera pergi menemui se-ekor cacing yang sedang merayap diatas tanah.
Malaikat Jibril a.s bertanya kepada si Cacing: “Wahai Cacing kecil, apakah kamu senang telah dijadikan Allah SWT sebagai se-ekor cacing”. Si Cacing menjawab: “Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai se-ekor cacing, dari pada aku dijadikan-Nya sebagai se-orang manusia.
Apabila manusia tidak memiliki: “Imam, islam, ikhsan, bertakwa yang sempurna dan tidak beramal salih, tidak ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya, tidak mempergunakan akalnya dan hatinuraninya, maka ketika manusia mati, mereka akan disiksa selama-lamanya di-neraka, lebih hina dari pada aku (cacing), lebih hina daripada binatang, karena binatang kalau mati semua lebur menjadi air dan tanah, sedangkan manusia kalau mati, (ruhnya, jiwanya, nafsunya) harus mempertanggungjawabkan pendengaran, penglihatan, akalnya, hati
nuraninya dan segala perbuatannya didunia”.
(Dikutip dari 1001 Kisah Teladan).
Sehingga tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak menyukuri nikmat Allah karena sesungguhnya di balik syukur itu tersirat panjatan doa pada sang Maha Kuasa agar nikmat itu terus kita rasakan. Bahkan kalau sampai kita tidak menyukuri nikmat yang kita peroleh kita tergolong orang yang kufur nikmat dan Allah menjanjikan siksa yang pedih. Na’udzubillahi min dzalik …
Jam 05.30........................siap2 untuk mandi.......ngantar anak sekolah ..........mencari sesuap nasi...........
sip pak, bagus bangeeed,,,, :)
BalasHapuspak ragaraka itu rahma Pak,,,hehe, menyamar
BalasHapusMatur nuwun !
BalasHapus