Rabu, 09 Mei 2012

PENINGSETAN/ SRAH SRAH-AN

Peningsetan yang berasal dari kata 'singset' atau langsing, memiliki arti untuk mempersatukan; Kedua keluarga mempelai setuju untuk kedua anak mereka disatukan dalam tali pernikahan. Keluarga pengantin pria datang berkunjung ke kediaman keluarga pengantin perempuan membawa berbagai macam hadiah                               
Satu set Suruh Ayu (semacam daun yang wangi), mendoakan keselamatan.
Pakaian batik dengan motif yang berbeda-beda, mendoakan kebahagiaan. Kain kebaya, mendoakan kebahagiaan.
Ikat pinggang kain (setagen) bewarna putih, melambangkan kemauan yang kuat dari mempelai perempuan
     
Buah-buahan, mendoakan kesehatan.
Beras, gula, garam, minyak, dll, melambangkan kebutuhan hidup sehari-hari.
Sepasang cincin untuk kedua mempelai.
Sejumlah uang untuk digunakan di acara pernikahan.
Acara ini disebut juga acara serah-serahan - bisa diartikan sang calon mempelai perempuan 'diserahkan' kepada keluarga calon mempelai pria sebagai menantu mereka atau calon mempelai pria nyantri di kediaman keluarga calon mempelai perempuan.


Pada masa kini, demi alasan kepraktisan, kedua belah pihak kadang-kadang dapat berbicara langsung tanpa upacara apapun. 
Selain menghemat waktu dan uang, juga langsung pada pokok persoalan


Sesajian untuk upacara midodaren:
Nasi dimasak dengan santan. 
Ayam inkung yang telah dimasak 
Bumbu sayuran 
Kembang telon 
Teh dan kopi pahit 
Minuman kelapa muda dengan gula kelapa 
Lampu lentera yang dinyalakan 
Pisang Raja 
Kembang setaman 
Lemper, kue 
Rokok dan kretek

Barang-barang yang ditaruh di kamar pengantin:

Satu set Kembar Mayang. 
Dua kendi yang diisi bumbu, jamu, beras, 
kacang, dll, dan ditutupi  
kain batik.
Dua kendi yang berisi air  

kembang setaman  
ditutupi daun dadap  
serep. 
Ukub yaitu sebuah  
nampan berisi wangi- 
wangian daun dan 
bunga yang diletakkan  
di bawah tempat tidur. Suruh Ayu
Kacang 

Tujuh macam kain tradisional 

 Makanan sesajian dapat dikeluarkan dari kamar  
setelah tengah malam.  
Sanak keluarga dan para  
tamu dapat memakannya
                         
Pada zaman dahulu, acara temu keluarga antara kedua keluarga pengantin dilakukan setelah tengah malam, namun sekarang ini, dengan alasan kepraktisan, kedua keluarga dapat bertemu seperti yang disebutkan di atas.


Selama acara midodaren berlangsung, calon mempelai pria tidak boleh masuk menemui keluarga calon mempelai perempuan. Selama keluarganya berada di dalam rumah, ia hanya boleh duduk di depan rumah ditemani oleh beberapa teman atau anggota keluarga. Dalam kurun waktu itu, ia hanya boleh diberi segelas air, dan tidak diperbolehkan merokok. Sang calon mempelai pria baru boleh makan setelah tengah malam. Hal itu merupakan pelajaran bahwa ia harus dapat menahan lapar dan godaan. Sebelum keluarganya meninggalkan rumah tersebut, kedua orang tuanya akan menitipkan anak mereka kepada keluarga calon mempelai perempuan, dan malam itu sang calon mempelai pria tidak akan pulang ke rumah. Setelah mereka keluar dari rumah dan pulan, calon mempelai pria diijinkan masuk ke rumah namun tidak diijinkan masuk ke kamar pengantin. Calon mertuanya akan mengatur tempat tinggalnya malam itu. Ini disebut dengan Nyantri. Nyantri dilakukan untuk alasan keamanan dan praktis, mengingat bahwa besok paginya calon pengantin akan              
didandani dan dipersiapkan untuk  
acara Ijab dan  
acara-acara lainnya.












































Tidak ada komentar:

Posting Komentar