Jumat, 24 September 2010

“ Renungan Untuk Para Suami Bila Istri Cerewet”

Adakah istri yang tidak cerewet?
Sulit menemukannya. Bahkan istri Khalifah sekaliber Umar bin Khatab pun cerewet.

Seorang laki – laki  berjalan  tergesa - gesa.  Menuju  kediaman  khalifah  Umar bin Khatab.  Ia ingin mengadu  pada  khalifah;  tak tahan  dengan  kecerewetan  istrinya.  
Begitu sampai di depan  rumah khalifah, laki-laki itu tertegun.Dari dalam rumah terdengar istri Umar sedang ngomel, marah-marah. Cerewetnya melebihi istri yang akan diadukannya pada Umar. Tapi, tak sepatah katapun terdengar keluhan dari mulut khalifah. Umar diam saja, mendengarkan istrinya yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu m e n g u r u ngkan niatnya, batal melaporkan istrinya pada Umar.

Apa yang membuat seorang Umar bin Khatab yang disegani kawan maupun lawan,  berdiam diri saat istrinya ngomel ?   Mengapa  ia  hanya  mendengarkan,   padahal  di luar sana, ia selalu  tegas  pada siapapun?

Umar berdiam diri karena ingat 5 hal. Istrinya berperan sebagai BP4.
Apakah BP4 tersebut?

1. Benteng Penjaga Api Neraka

Kelemahan laki-laki ada di mata. Jika ia tak bisa menundukkan pandangannya, niscaya panah-panah setan berlesatan dari matanya,  membidik  tubuh - tubuh  elok  di sekitarnya.  Panah yang tertancap membuat   d a r a h  mendesir, bergolak, membangkitkan raksasa dalam dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun demi terpuasnya satu hal; syahwat.

Adalah  sang  istri  yang  selalu  berada  di sisi,  menjadi ladang bagi laki-laki untuk menyemai benih, menuai buah di kemudian hari.  Adalah  istri  tempat  ia  mengalirkan  berjuta  gelora. Biar lepas dan bukan azab yang kelak diterimanya Ia malah mendapatkan dua kenikmatan: dunia dan akhirat.

Maka, ketika Umar terpikat pada liukan penari yang datang dari kobaran api, ia akan ingat pada istri, pada penyelamat yang melindunginya dari liukan indah namun membakar.
Bukankah sang istri dapat menari, bernyanyi dengan liuka yang sama, lebih indah malah. Membawanya ke langit biru.
M e l a m b u n g k a n   raga  hingga  langit  ketujuh.  Lebih dari itu istri yang salihah selalu menjadi penyemangatnya dalam mencari nafkah.

2. Pemelihara Rumah

Pagi hingga sore suami bekerja. Berpeluh. Terkadang sampai mejelang malam. Mengumpulkan harta. Setiap hari selalu begitu. Ia pengumpul dan terkadang tak begitu peduli dengan apa yang dikumpulkannya. Mendapatkan uang, beli ini beli itu. Untunglah ada istri yang selalu menjaga, memelihara. Agar harta diperoleh dengan keringat, air mata, bahkan darah tak menguap sia-sia Ada istri yang siap menjadi pemelihara selama 24 jam, tanpa bayaran.

Jika suami menggaji seseorang untuk menjaga hartanya 24 jam, dengan penuh cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki yang tinggi, siapa yang sudi?   Berapa  pula  ia  mau   d i b a y a r.   Niscaya sulit menemukan pemelihara rumah yang lebih telaten daripada istrinya. Umar ingat betul akan hal itu. Maka tak ada salahnya ia mendengarkan omelan istri, karena (mungkin) ia lelah menjaga harta-harta sang suami yang semakin hari semakin membebani.

3. Penjaga Penampilan

Umumnya  laki - laki tak  bisa menjaga penampilan. Kulit legam tapi berpakaian warna gelap. Tubuh tambun malah suka baju bermotif besar.
Atasan  dan  bawahan  sering  tak sepadan. Untunglah suami punya penata busana yang setiap pagi menyiapkan  pakaianannya,  memilihkan  apa  yang pantas  untuknya,  menjahitkan sendiri di waktu luang, menisik bila ada yang sobek. Suami yang tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri. Tak mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas kecakapannya itu

4. Pengasuh Anak-anak

Suami  menyemai  benih  di ladang istri.   Benih tumbuh, mekar. Sembilan bulan istri bersusah payah merawat  benih  hingga  lahir  tunas  yang  menggembirakan.  Tak berhenti sampai di situ.  Istri juga merawat tunas agar tumbuh besar. Kokoh dan kuat.  Jika ada yang salah dengan  pertumbuhan sang tunas, pastilah istri yang disalahkan.  Bila  tunas  membanggakan  lebih  dulu  suami  maju ke depan, mengaku,  akulah  yang  membuatnya  begitu.?  Baik buruknya sang tunas beberapa tahun ke depan tak lepas dari sentuhan tangannya. Umar paham benar akan hal itu.

5. Penyedia Hidangan

Pulang  kerja,  suami  memikul  lelah  di  badan.   Energi terkuras,  beraktivitas  di seharian. Ia butuh asupan  untuk mengembalikan  energi.  Di meja makan   s u a m i    Cuma tahu ada hidangan: ayam panggang kecap, sayur asam, sambal terasi dan lalapan. Tak terpikir olehnya harga ayam melambung; tadi bagi istrinya sempat berdebat, menawar, harga melebihi anggaran. Tak perlu suami memotong sayuran, mengulek bumbu, dan memilah-milih cabai dan bawang. Tak pusing ia memikirkan berapa takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami tahu hanya makan.
Itupun terkadang dengan jumlah berlebihan; menyisakan sedikit saja untuk istri si juru masak. Tanpa perhitungan  istri  selalu  menjadi  koki  terbaik untuk suami.  Mencatat  dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami.

Dengan mengingat lima peran ini, Umar kerap diam setiap istrinya ngomel.
Mungkin dia capek, mungkin dia jenuh dengan segala beban rumah tangga di pundaknya.Istri telah berusaha  membentenginya  dari  api  neraka,   memelihara  hartanya,  menjaga  penampilannya, mengasuh anak-anak, menyediakan hidangan untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah buah lelah.

Umar hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya. Bila istri  sudah  puas  menumpahkan   kata - katanya, barulah  ia  menasehati,   dengan  cara  yang baik, dengan     b e r c a n d a.  Hingga   t a k  terhindar tertumpahan ludah dan caci maki tak terpuji.
Akankah suami-suami masa kini dapat mencontoh perilaku Umar ini. Ia tak hanya berhasil memimpin negara tapi juga menjadi imam   i d a m a n    bagi keluarganya.ditulis oleh : Ahmad Bustamsumber : dari milis-milis yang kami ikuti

Nama lengkap Umar bin Khattab bin Nafiel bin abdul Uzza, dilahir di Mekkah, dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy. Ayahnya bernama Khaththab bin Nufail Al Mahzumi Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Muhammad yaitu Al-Faruq yang berarti orang yang bisa memisahkan antara yang haq dan bathil.

Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang jarang.
Umar juga dikenal, karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.

untuk mengetahui lebih lanjut sejarahnya silahkan buka alamat di bawah ini :
http://id.wikipedia.org/wiki/Umar_bin_Khattab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar