Siang tadi, usai ngeblog sekalian posting masjid
yg. Ada di lombok, sambil leyeh2 menyelesaikan membaca buku terakhir yang malam
minggu lalu saya beli yaitu Tukang becak naik haji, maunya liyer2 ngantuk bobok
siang dikacaukan suara tambur dan beduk campur ndangdut koplo......wah itu
suara kendang baleg.....ada nyongkolan lewat depan rumah. Langsung hilang
kantuk.........
Untung hari Sabtu, Minggu ini libur tidak keluar
kelapangan, biasanya pulang entah dari lombok timur atau tengah bisa dipastikan
pasti ketemu jalan macet.
Biasanya acara nyokolan diadakan hari Sabtu atau
Minggu.
Apa itu Nyokolan ? Nyokolan adalah perkawinan adat
lombok atau sasak ya ? Pokoknya salah
satu acara adat perkawinan disini.
Inilah nyokolan yang lewat didepan rumah :
Menurut Bang Najam (Pembantu kami dirumah yg saya
tempati) Nyongkolan ini berjalan dari tempat yang dtentukan menuju rumah
mempelai wanita. Apabila rumah keduanya berdekatan, iring-iringan pengantin ini
akan berjalan dari rumah lelaki ke rumah pengantin wanita.
Jalan Macet ! karena rombongan nyongkolan yang lumayan banyak dan berbaris memanjang juga disaksikan para penduduk di sekitar jalan yang dilewati. Biasanya kiri-kanan jalan yang dilewati dipadati penduduk yang ingin melihat rombongan pengantin itu.
M e r a r i k istilah bahasa s e t e m p a t untuk menyebutkan p r o s e s pernikahan dengan cara
dicuri. Caranya cukup sederhana, jika keduanya saling menyukai dan tidak ada
paksaan dari pihak lain,
gadis
pujaan itu tidak perlu memberitahukan kepada kedua orangtuanya. Bila ingin
menikah langsung aja bawa gadis itu pergi dan tidak perlu izin.Mencuri gadis
dengan melarikan dari rumah menjadi prosesi pernikahan yang lebih terhormat dibandingkan meminta kepada orang tuanya.
Ada rasa kesatria yang tertanam jika proses ini dilalui. Terlebih lagi kelas
bangsawan yang di sana menyandang gelar Lalu dan Raden. Namun Jangan lupa
aturan, mencuri gadis dan melarikannya biasanya dilakukan dengan membawa
beberapa orang kerabat atau teman. Selain sebagai saksi kerabat yang dibawa
untuk mencuri gadis itu sekalian sebagai pengiring dalam prosesi itu.
Selama
dibawa lari si gadis harus dititipkan kepada salah satu keluarga si perjaka.
Dan, jangan dibayangkan dalam proses “pelarian” ini mereka bebas melakukan apa
saja. Setelah sehari semalam, barulah pihak keluarga lelaki datang kepada
keluarga perempuan untuk memberitahukan bahwa anak gadisnya sudah dilarikan
berikut membicarakan kesepakatan uang seserahan dan tanggal pernikahan mereka.
Menarik bukan?
Ini adalah photo waktu saya terkena macet dari lombok timur, mungkin lokasinya di Narmada
Nyelabar,
Istilah bahasa setempat untuk pemberitahuan itu, dan itu dilakukan oleh kerabat
pihak lelaki tetapi orangtua pihak lelaki tidak diboleh ikut. Rombongan
Nyelabar terdiri lebih dari 5 orang dan wajib mengenakan berpakaian adat.
Rombongan tidak boleh langsung datang kekeluarga perempuan.Rombongan terlebih
dahulu meminta izin pada Kliang atau tetua adat setempat, sekedar rasa
penghormatan kepada kliang, datang pun ada aturan rombongan tidak diperkenankan
masuk ke rumah pihak gadis.
Mereka duduk bersila dihalaman depan, satu utusan
dari rombongan itu yang nantinya sebagai juru bicara menyampaikan
pemberitahuan. Memang unik budaya yang ada di Suku Sasak namun kini ada
pergeseran budaya Merarik, seperti adanya prosesi meminta kepada orangtua dan
bertunangan yang sebelumnya kurang dikenal oleh suku sasak. Tetapi seiring
berkembangnya budaya luar dari masyarakat perantau yang datang dan menetap
Akulturasi Budaya mulai terjadi. Lahirlah istilah sudah menikah tetapi belum
nikah adat. Artinya prosesi menikah itu dilakukan dengan cara meminang tetapi
belum menikah secara Merarik, mencurinya dari rumah si Perempuan. Ini
Akulturasi Budaya yang muncul, meminang dan mencuri anak gadis prosesi nikan
yang dujalankan bersamaan.
Setelah tahap itu, barulah digelar
acara pernikahan di gedung atau di rumah mempelai wanita. Iringan-iringan
pengantin menuju tempat resepsi itulah yang disebut dengan nyongkolan.
Kemudian Bang Najam melanjutkan
ceritanya :
Tradisi
pernikahan masyarakat Desa Bentek terbilang unik dibanding kebiasaan perkawinan
masyarakat di tempat lain di Kecamatan Gangga. Pasalnya, setelah beberapa
proses dilalui, maka prosesi pernikahan digelar.
Keunikan
terlihat saat peroses pernikahan yaitu, prosesi pernikahan dilakukan di atas berugak (Gazebo, didepan rumah orang lombok biasanya
ada bangunan itu) dan di kelilingi oleh kerumunan warga. Saat proses ijab kabul berlangsung, ketika pengantin laki
membuat kesalahan, maka seketika itu warga akan ramai dengan teriakan soraknya,
“tidak sah,” sorak para warga.
Tak
heran jika prosesi ijab kabul ini sering diulang sampai tiga kali bahkan lebih.
terkadang walaupun dalam pengucapan ijab kabul tidak terdapat satupun kesalahan,
warga yang menonton pun masih tetap bersorak. Sehingga pernikahan yang
sebenarnya sudah sah harus diulang kembali sampai semua warga berteriak
mengucapkan kata “sah”. Inilah salah satu keunikan prosesi pernikahan
suku Sasak, khususnya di Kecamatan Gangga.
Setelah prosesi ijab kabul dilaksanakan, selang beberapa hari
proses Nyongkolang digelar. Dalam perayaan ini pengantin wanita akan dibawa
pulang ke rumah orang tuanya untuk pertama kali sejak prosesi penculikan dari
rumahnya. Sebelumnya, dengan berpasangan dan diiringi oleh pengiring dan musik tardisional,
pengantin pria dan wanita diarak dengan cara berjalan kaki menuju rumah
pengantin wanita.
Prosesi Nyongkolan ini, untuk memberitakan kepada masyarakat bahwa
pasangan pengantin telah melakukan sebuah prosesi pernikahan yang sah secara
hukum agama ataupun hukum adat yang ada di masyarakat suku Sasak.
Begitu
pula budaya yang dilakoni masyarakat San Baro Bentek. Misalnya, pada pernikahan
. Dalam proses Nyongkolan mereka, kedua mempelai diiringi oleh musik tradisional asli setempat yaitu Gendang Beleq dan Kecimol. Pada saat
musik ditabuh (dimainkan) langkah demi langkah dijalankan menuju rumah
pengantin perempuan dengan ayunan barisan yang rapi biasanya tiga berbanjar.
Tidak jarang pada saat musik ditabuh sebagian pengiring berjoged ria
dengan rasa kegembiraan yang tinggi disela-sela perjalanan. Setelah sampai
tujuan rombongan pengiring disambut dengan beragam macam jamuan
tradisional oleh masyarakat Bayan.
Sesampai di rumah pengantin wanita, ia pun menangis histeris di kaki
orang tuanya. Tangisan pengantin wanita ini disebabkan karena akan berpisah
meninggalkan rumah orang tuanya. Setelah beberapa saat iringan pengantin pun
kembali meninggalkan rumah pengantin wanita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar