Minggu, 11 November 2012

" NYOKOLAN '


Siang tadi, usai ngeblog sekalian posting masjid yg. Ada di lombok, sambil leyeh2 menyelesaikan membaca buku terakhir yang malam minggu lalu saya beli yaitu Tukang becak naik haji, maunya liyer2 ngantuk bobok siang dikacaukan suara tambur dan beduk campur ndangdut koplo......wah itu suara kendang baleg.....ada nyongkolan lewat depan rumah. Langsung hilang kantuk.........

Untung hari Sabtu, Minggu ini libur tidak keluar kelapangan, biasanya pulang entah dari lombok timur atau tengah bisa dipastikan pasti ketemu jalan macet.
Biasanya acara nyokolan diadakan hari Sabtu atau Minggu.

Apa itu Nyokolan ? Nyokolan adalah perkawinan adat lombok atau sasak ya  ? Pokoknya salah satu acara adat perkawinan disini.

Inilah nyokolan yang lewat didepan rumah :
                                                                                                      
Menurut Bang Najam (Pembantu kami dirumah yg saya tempati) Nyongkolan ini berjalan dari tempat yang dtentukan menuju rumah mempelai wanita. Apabila rumah keduanya berdekatan, iring-iringan pengantin ini akan berjalan dari rumah lelaki ke rumah pengantin wanita. 
Sementara itu, jika pengantin pria dari daerah yang agak jauh, misalnya lain desa, rombongan berkumpul di suatu tempat yang jaraknya biasanya 0,5 km-an dari tempat acara pernikahan melewati jalan raya. Dan sudah dapat dipastikan akan bikin macet. Jadi, kemacetan di Lombok terjadi karena ada nyongkolan. 


Jalan Macet ! karena rombongan nyongkolan yang lumayan banyak dan berbaris memanjang juga disaksikan para penduduk di sekitar jalan yang dilewati. Biasanya kiri-kanan jalan yang dilewati dipadati penduduk yang ingin melihat rombongan pengantin itu. 

Selain itu, orang Sasak pada umumnya melakukan resepsi pernikahan pada hari Minggu. Pada bulan-bulan “musim” kawin itu bisa dijumpai paling sedikit 3 rombongan nyongkolan ini apabila kita sedang melakukan perjalanan yang lumayan jauh, misalnya dari Kota Mataram ke Lombok Timur, malah bisa lebih dari tiga dengan jarak kedua tempat itu yang sekitar 50 km-an.  

Bang Najam melanjutkan ceritanya :. Untuk urusan perjodohan orang tua  menyerahkan semuanya pada anak, bila keduanya sudah saling suka, tidak perlu menunggu lama untuk menikah, curi saja anak gadis itu, pasti menikah. Mencuri anak gadis itu lebih diterima keluarganya.
M e r a r i k  istilah bahasa  s e t e m p a t  untuk menyebutkan p r o s e s pernikahan dengan cara dicuri. Caranya cukup sederhana, jika keduanya saling menyukai dan tidak ada paksaan dari pihak lain,
gadis pujaan itu tidak perlu memberitahukan kepada kedua orangtuanya. Bila ingin menikah langsung aja bawa gadis itu pergi dan tidak perlu izin.Mencuri gadis dengan melarikan dari rumah menjadi prosesi pernikahan yang lebih terhormat dibandingkan meminta kepada orang tuanya. Ada rasa kesatria yang tertanam jika proses ini dilalui. Terlebih lagi kelas bangsawan yang di sana menyandang gelar Lalu dan Raden. Namun Jangan lupa aturan, mencuri gadis dan melarikannya biasanya dilakukan dengan membawa beberapa orang kerabat atau teman. Selain sebagai saksi kerabat yang dibawa untuk mencuri gadis itu sekalian sebagai pengiring dalam prosesi itu.

Selama dibawa lari si gadis harus dititipkan kepada salah satu keluarga si perjaka. Dan, jangan dibayangkan dalam proses “pelarian” ini mereka bebas melakukan apa saja. Setelah sehari semalam, barulah pihak keluarga lelaki datang kepada keluarga perempuan untuk memberitahukan bahwa anak gadisnya sudah dilarikan berikut membicarakan kesepakatan uang seserahan dan tanggal pernikahan mereka. Menarik bukan?
Ini adalah photo waktu saya terkena macet dari lombok timur, mungkin lokasinya di Narmada
Nyelabar, Istilah bahasa setempat untuk pemberitahuan itu, dan itu dilakukan oleh kerabat pihak lelaki tetapi orangtua pihak lelaki tidak diboleh ikut. Rombongan Nyelabar terdiri lebih dari 5 orang dan wajib mengenakan berpakaian adat. Rombongan tidak boleh langsung datang kekeluarga perempuan.Rombongan terlebih dahulu meminta izin pada Kliang atau tetua adat setempat, sekedar rasa penghormatan kepada kliang, datang pun ada aturan rombongan tidak diperkenankan masuk ke rumah pihak gadis.
Mereka duduk bersila dihalaman depan, satu utusan dari rombongan itu yang nantinya sebagai juru bicara menyampaikan pemberitahuan. Memang unik budaya yang ada di Suku Sasak namun kini ada pergeseran budaya Merarik, seperti adanya prosesi meminta kepada orangtua dan bertunangan yang sebelumnya kurang dikenal oleh suku sasak. Tetapi seiring berkembangnya budaya luar dari masyarakat perantau yang datang dan menetap Akulturasi Budaya mulai terjadi. Lahirlah istilah sudah menikah tetapi belum nikah adat. Artinya prosesi menikah itu dilakukan dengan cara meminang tetapi belum menikah secara Merarik, mencurinya dari rumah si Perempuan. Ini Akulturasi Budaya yang muncul, meminang dan mencuri anak gadis prosesi nikan yang dujalankan bersamaan. 
Setelah tahap itu, barulah digelar acara pernikahan di gedung atau di rumah mempelai wanita. Iringan-iringan pengantin menuju tempat resepsi itulah yang disebut dengan nyongkolan.



Kemudian Bang Najam melanjutkan ceritanya :
Tradisi pernikahan masyarakat Desa Bentek terbilang unik dibanding kebiasaan perkawinan masyarakat di tempat lain di Kecamatan Gangga. Pasalnya, setelah beberapa proses dilalui, maka prosesi pernikahan digelar.
Keunikan terlihat saat peroses pernikahan yaitu, prosesi pernikahan dilakukan di atas berugak (Gazebo, didepan rumah orang lombok biasanya ada bangunan itu) dan di kelilingi oleh kerumunan warga. Saat proses ijab kabul berlangsung, ketika pengantin laki membuat kesalahan, maka seketika itu warga akan ramai dengan teriakan soraknya, “tidak sah,” sorak para warga.
Tak heran jika prosesi ijab kabul ini sering diulang sampai tiga kali bahkan lebih. terkadang walaupun dalam pengucapan ijab kabul tidak terdapat satupun kesalahan, warga yang menonton pun masih tetap bersorak. Sehingga pernikahan yang sebenarnya sudah sah harus diulang kembali sampai semua warga berteriak mengucapkan kata “sah”.  Inilah salah satu keunikan prosesi pernikahan suku Sasak, khususnya di Kecamatan Gangga.

Setelah prosesi ijab kabul dilaksanakan, selang beberapa hari proses Nyongkolang digelar. Dalam perayaan ini pengantin wanita akan dibawa pulang ke rumah orang tuanya untuk pertama kali sejak prosesi penculikan dari rumahnya. Sebelumnya, dengan berpasangan dan diiringi oleh pengiring dan musik tardisional, pengantin pria dan wanita diarak dengan cara berjalan kaki menuju rumah pengantin wanita.
Prosesi Nyongkolan ini, untuk memberitakan kepada masyarakat bahwa pasangan pengantin telah melakukan sebuah prosesi pernikahan yang sah secara hukum agama ataupun hukum adat yang ada di masyarakat suku Sasak.
Begitu pula budaya yang dilakoni masyarakat San Baro Bentek. Misalnya, pada pernikahan . Dalam proses Nyongkolan mereka, kedua mempelai diiringi oleh musik tradisional asli setempat yaitu Gendang Beleq dan Kecimol. Pada saat musik ditabuh (dimainkan) langkah demi langkah dijalankan menuju rumah pengantin perempuan dengan ayunan barisan yang rapi biasanya tiga berbanjar.
Tidak jarang pada saat musik ditabuh sebagian pengiring berjoged ria dengan rasa kegembiraan yang tinggi disela-sela perjalanan. Setelah sampai  tujuan rombongan pengiring disambut dengan beragam macam jamuan tradisional oleh masyarakat Bayan.
Sesampai di rumah pengantin wanita, ia pun menangis histeris di kaki orang tuanya. Tangisan pengantin wanita ini disebabkan karena akan berpisah meninggalkan rumah orang tuanya. Setelah beberapa saat iringan pengantin pun kembali meninggalkan rumah pengantin wanita.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar