14 Hari sudah, tidak terasa saya melaksanakan ibadah Puasa. siang ini saya ngawasi pengecoran rencananya 22 m3 Jam 14.30 saat saya ngeblog di Bambe baru molen ke 2 selesai, kurang 2 molen lagi bisa dibayangkan pulang jam berapa nanti (rata2 tiap molen bisa dilangsir dan dituangkan kira2 3.5 jam).
Panas..., matahari bersinar terik ditambah pantulan hutan beton...luar biasa.....tenggorokan serasa kering.
Sebentar sebentar istirahat di direksi kit ngadem sambil ngeblog................
Sebentar sebentar istirahat di direksi kit ngadem sambil ngeblog................
Setiap manusia selalu ber-angan angan dan mempunyai keinginan atau impian apa yang di mauin mereka akan tercapai. Itu juga termasuk saya.. Namun sesungguhnya, tidak semua keinginan manusia dapat tercapai. Demikianlah bahwa tidak semua keinginan dapat dicapai. Banyak disuarakan jargon “tak ada yang tak mungkin”, menurut saya ada saja yang tidak mungkin, yaitu apapun yang dikehendaki Allah untuk tidak terjadi. Walaupun berkumpul seluruh jin dan manusia untuk memberikan satu saja kebaikan atau musibah kepada seseorang, tanpa ijin Allah maka itu tidak akan terjadi. Artinya, hasil usaha manusia mutlak berada dalam kehendakNya.
Akan
menyenangkan bagi seseorang yang memiliki keinginan sejalan dengan kehendak
Allah, karena tentu akan terwujud. Namun bagi orang yang memiliki impian yang
berbeda dengan kehendak Allah apakah dikatakan sebuah musibah? Perhatikan
firman Allah:
“…. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia
amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat
buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (Q.S. Al-Baqarah:
216)
Inilah
yang terjadi yang menjadi topik pembicaraan di rumah untuk 3 (tiga) abg yang tinggal dirumah dan akan menuntut imu untuk masa depan
3
orang abg itu yang pertama anak bungsu si Tria lulusan SMA 10 Surabaya
mendaftar di Elektro ITS, kedua Brian keponakan lulusan SMAN 2 Magetan mendaftar
di Unesa jurusan Olah Raga dan Hans keponakan lulusan SMA Cilegon mendaftar
Akutansi di Unair.
Biasanya seperti
yang sudah sudah sudah, Mbak dan Masnya, urusan
sekolah itu cukup Ibunya saja. Tetapi kali ini Bapaknya harus terlibat karena 3
orang abg itu gagal dalam ujian SBM PTN, karena itu saya namai abg semprul.
Wah,
terpaksa Bpk mempelajari penerimaan Mahasiswa Baru, seperti harus
membaca artikel dibawah ini :
|
JAWA POS, 01 Juli 2013
MURID SMA atau
madrasah aliyah yang lulus
ujian nasional (unas) dengan nilai setiap pelajaran 100 tidak terjamin secara
akademis bisa masuk ke perguruan tinggi negeri (PTN). Sebab, tidak ada kaitan langsung unas dengan sistem
rekrutmen masuk PTN. Inilah salah satu keblingeran dalam sistem pendidikan
kita.
Sedikitnya, ada empat jalur masuk PTN. Pertama, jalur undangan. Yang dijadikan referensi
agar diterima melalui jalur ini adalah nilai rapor mulai semester pertama kelas IX. Dengan demikian, jika baru mencapai puncak
performa pada saat unas sehingga
memperoleh nilai sempurna, tetapi karena nilai rapor dianggap tidak memenuhi syarat, mereka tidak bisa
mengetuk pintu jalur undangan.
Jalur undangan juga mempertimbangkan sekolah. Betapapun
murid hebat, baik nilai rapor maupun nilai unasnya, tetapi jika sekolahnya
berstatus di- blacklist PTN, hampir mustahil bisa menerobos jalur undangan. Blacklist itu bisa disebabkan kesalahan masa
lalu. Sekalipun sudah berbenah, tetapi seperti sekali lancung ke ujian, seumur
hidup orang tak percaya.
Kondisi ini semakin rumit jika ternyata jalur undangan pun menggunakan
pendekatan "wani
pira". Lulus u n a s dengan nilai sempurna plus rapor
bagus akhirnya juga tidak menjadi
jaminan lolos jalur undangan karena harus kalah dalam adu "wani pira".
Kedua, j a l u r
seleksi bersama masuk perguruan tinggi (SBM PTN). K r i t eria
yang dipergunakan adalah
bagaimana hasil tes SBM PTN ditambah tes khusus
untuk program studi tertentu seperti olahraga, seni
budaya, desain program. Jalur ini
menafikan hasil unas maupun rapor. Jalur ini dinilai relatif terbaik di antara
jalur lain karena lebih objektif. Namun, di jalur ini masih ada potensi
manipulasi melalui percaloan, bocornya
soal, sampai jawaban melalui SMS atau BBM. Herannya, sudah tahu bahwa percaloan itu banyak melalui SMS dan BBM, mengapa peserta tes dibiarkan
membawa HP.
Di jalur ini, anak pintar, bahkan peserta program akselerasi sekalipun, belum tentu lolos karena kuotanya hanya sekitar 30 persen. Dengan demikian, mereka bukan tidak
lulus karena nilai tesnya kurang, tetapi terjegal oleh kuota.
Ketiga, jalur mandiri. Jangan dipersepsi
mandiri ini untuk mendapatkan calon
mahasiswa yang hebat, bisa belajar secara mandiri. Tetapi, ini lebih dalam konteks uang. Artinya, jatah bagi yang mampu membayar dengan
ditetapkan batas bawah. Adapun b a t a s a t a s tak terbatas. Ini benar-benar jalur untuk
mendapatkan duit. Tidak peduli pintar atau bodoh, yang penting bisa membayar
setinggi-tingginya.
Mekanisme pemilihannya jelas, dibuat ranking berdasar jumlah bayaran, kemudian diambil dari nomor satu sampai nomor kuota jalur. Jika kuotanya
60 calon mahasiswa, b e r a r t i diambil nomor 1 - 60. Dengan demikian, meskipun nilai unas dan rapor sempurna, jika tidak kuat membayar sesuai l e v e l kuota, harap lupakan
jalur yang mengambil sekitar 30-40 persen mahasiswa ini.
Keempat, jalur kemitraan. J a l u r ini merupakan kesepakatan PTN dengan memberikan kuota suatu institusi. Jalur ini
berawal dari kepercayaan institusi tertentu kepada suatu PTN untuk mendidik
calon tenaga kerja yang dibutuhkan institusi tersebut. Institusi
tersebut menyeleksi siswa potensial. Namun, pada perkembangannya, jalur ini
bisa disalahgunakan untuk memfasilitasi
keluarga pejabat institusi tersebut agar bisa masuk PTN tanpa bersusah payah
ikut SBM PTN. Di sini pun ada nuansa "wani pira".
Implikasi dari sistem banyak jalur ini PTN bisa mendapatkan dana segar
langsung. Ransum dari pemerintah selama ini dinilai kurang. Karena itu, secara
r e t o r i k a dana ini bisa untuk "meningkatkan kualitas dan pelayanan
PTN".
Implikasi lain yang tidak bisa dimungkiri adalah tidak terjaminnya k u a l i t a s enrolment ( masukan calon mahasiswa ).
Menjadi mahasiswa karena "wani mbayar". Karena sejak awal "jer
basuki wani pira", pada akhirnya dalam mengikuti proses perkualiahan pun lebih mengandalkan "wani pira". Lulus dengan uang.
Praktik demikian dulu lebih dikenal terjadi di perguruan tinggi swasta (PTS).
Di "PTS komersial", mahasiswa boleh
jarang kuliah, tetapi bisa meraih gelar akademik mulai sarjana sampai doktor.
Akhirnya m a s y a r a k a t sendiri yang mengevaluasi. PTS demikian sepi peminat,
lulusannya tidak laku di pasar tenaga kerja. Jembret.
Hal demikian bisa saja terjadi pada PTN.
Memang sekarang PTN masih
menjadi pilihan utama masyarakat. PTN masih menjadi
simbol status. Namun, jika kualitas lulusannya rendah karena dimulai dari kualitas
enrolment yang rendah, lambat laun kualitasnya akan
terdegradasi. Mereka akan kehilangan kredibilitas sebagai lembaga moral dan
profesional.
Ke depan perlu mempertimbangkan penggunaan satu sistem masuk PTN, yaitu kombinasi SBM PTN dengan rapor. Artinya,
menggunakan nilai hasil SBM PTN dan hasil rapor dua
semester terakhir. Komposisinya bisa 50-50,
60-40, 70-30. Untuk pelaksanaan SBM PTN menggunakan 30 soal berbeda untuk m
e m p e r s e m p i t peluang percaloan. Cuma masalahnya, berani atau tidak
pelaku sistem yang ada sekarang kehilangan ceperan. Gusti Allah ora dhahar ora sare. ●